TEMPO.CO, Depok - Ayah Akseyna Ahad Dori, Sus Mardoto, mendatangi kantor Kepolisian Resor Kota Depok, Jumat, 17 April 2015. Mardoto datang bersama istri dan empat anggota TNI Angkatan Udara yang berdinas di Jakarta.
Mardoto enggan mengungkapkan informasi yang telah disampaikannya kepada penyidik Satuan Reserse Kriminal Polres Depok. "Saya serahkan ke penyidik," ujarnya. Mardoto bersama istrinya langsung meninggalkan Polres Depok pada pukul 11.30 WIB dengan menggunakan mobil dinas Toyota Avanza bernomor polisi 7669-11.
Sebelum diperiksa polisi, kepada wartawan, Sus Mardoto menyatakan tidak yakin anaknya tewas bunuh diri. Bahkan dia tak yakin tulisan yang ditemukan di kamar kos Akseyna di Kelurahan Kukusan, Beji, adalah tulisan anaknya. "Kami sedang membandingkan tulisannya. Kami tidak yakin itu tulisan Akseyna," kata Mardoto saat tiba di Polres Depok, Jumat, 17 April 2015.
Mardoto mengatakan Akseyna merupakan anak yang patuh, kritis, rumahan, dan tidak suka keluyuran. "Sangat jauh dari kesan bahwa dia bunuh diri. Saya masih membandingkan tulisan anak saya. Dan ini yang akan saya laporkan ke Polres Depok dan penyidik," ucapnya.
Adapun tim forensik Rumah Sakit Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur, menemukan sejumlah luka memar pada tubuh jenazah Akseyna Ahad Dori, 18 tahun. Mahasiswa Jurusan Biologi Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Matematika Universitas Indonesia itu ditemukan tewas mengapung di Danau Kenanga UI.
"Ada luka memar di tubuhnya, tapi di bagian mana saja saya kurang hafal," kata Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan Kepolisian Daerah Metro Jaya Komisaris Besar Musyafak kepada Tempo, Selasa, 14 April 2015.
Musyafak menjelaskan, luka memar itu bisa disebabkan oleh benda tumpul. "Tapi bukan berarti dipukul, bisa terbentur," ujarnya. Sebab, dari hasil pemeriksaan forensik, Akseyna masih bernapas saat berada di dalam air.
"Itu diketahui karena ada pasir dan air di dalam paru-parunya," katanya. Menurut Musyafak, Akseyna meninggal karena paru-parunya lemas akibat tidaknya ada udara dan kemasukan air. "Itu penyebab kematiannya. Tapi apakah tenggelam sendiri atau ditenggelamkan (dibunuh), ini yang masih diselidiki, dan itu ranahnya penyidik."
Ketika jasadnya ditemukan, Aksyena dalam kondisi mengambang dan menggendong tas berisi batu bata yang diduga dijadikan pemberat. Penyidik dari kepolisian menemukan surat wasiat di kamar kos korban yang berisi permintaan agar keluarga ataupun pihak lain tidak mencari keberadaannya. Tulisan inilah yang dipermasalahkan orang tua Akseyna.
IMAM HAMDI