TEMPO.CO , Manchester - Pelatih tim nasional Inggris, Roy Hodgson, pernah mengkritik keputusan Louis Van Gaal yang menunjuk Wayne Rooney sebagai kapten Manchester United, Oktober lalu.
"Semua orang tahu dia bukan orang yang tepat karena aksen Liverpoolnya. Ini akan membuatnya kesulitan saat berbicara di ruang ganti," kata Hodgson seperti dikutip dari Daily Mail, Oktober lalu.
Wayne Rooney memang lahir dan tumbuh di Liverpool. Ini membuat bahasa Inggrisnya berlogat Scouse. Dibandingkan logat Londoners, Chester, dan Skotlandia, Scouse barangkali yang paling unik.
Selain karena kecepatan pengucapan yang di atas rata-rata, tata bahasa dan tanda baca Scouse juga cenderung asal. Alhasil, tak semua orang Inggris mengerti aksen Scouse.
Namun kritikan Roy Hodson keliru total. Sebab, meski dengan aksen Scouse, Rooney sukses membawa Manchester United menembus 4 besar klasemen setelah musim lalu hanya finis di urutan ketujuh.
"Saya tak perlu menjadi orang lain untuk memimpin Manchester United. Karena saya bisa melakukannya dengan cara saya sendiri," kata Rooney seperti dikutip dari ESPN FC, kemarin.
Manchester United saat ini berada di peringkat tiga klasemen Liga Premier dengan 65 poin. Mereka masih tertinggal 1 poin dari Manchester City di peringkat kedua dan 8 poin dari Chelsea di puncak klasemen.
Mereka berpeluang memangkas jarak dari Chelsea karena pada Sabtu malam nanti kedua tim akan bertemu dalam laga lanjutan Liga Premier yang akan berlangsung di Stamford Bridge, London.
Rooney tak berencana menyiapkan 'pidato' di ruang ganti untuk menyuntikkan semangat kepada para pemain sebelum duel melawan Chelsea. Sebab, ia lebih suka melakukannya secara spontan.
"Saya bahkan tidak menulis catatan untuk pidato pernikahan saya," kata Rooney. "Saya hanya akan melakukannya jika saya memang harus melakukannya. Dan saya tahu kapan harus berbicara kepada mereka."
Bahasa memang penting dalam sepak bola, karena itu mempengaruhi cara seorang pemain berkomunikasi dengan pemain lain. Tapi bukan yang terpenting. Karena yang terpenting adalah menjadi diri sendiri.
"Ada banyak cara untuk menjadi pemimpin, tapi saya hanya merasa perlu menjadi diri saya sendiri. Dan yang terpenting memberikan yang terbaik di lapangan," kata Rooney.
Lagipula, seorang pemain sepak bola seharusnya dikritik karena permainan buruknya, bukan karena bahasanya. Sebab, mereka bukan sastrawan atau guru bahasa.
DAILY MAIL | ESPN FC | DWI AGUSTIAR