TEMPO.CO, Merauke - Tim Anti-Illegal Fishing Kementerian Kelautan dan Perikanan menemukan perdagangan burung endemik Papua. Tim yang dibentuk Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti itu menemukan hewan-hewan ini setelah melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke Kampung Woegekel, Distrik Ilwayab, Merauke, Papua.
Tim itu mengunjungi Ilwayab untuk mengecek kapal-kapal milik PT Dwikarya Reksa Abadi, PT Aru Samudera Lestari, PT Avona Mina Lestari, dan PT Antarticha Segara Lines. Kapal-kapal yang beroperasi di kawasan itu adalah milik empat perusahaan tersebut.
Satwa-satwa tersebut dikirim ke Cina lewat kapal perusahaan itu. Perwakilan PT Dwikarya di Ilwayab, Tomo Khusein, mengaku tidak tahu-menahu soal pengiriman burung-burung tersebut.
Wakil Ketua Tim Anti-Illegal Fishing Yunus Husein mengatakan akan berkoordinasi dengan lembaga terkait, seperti Kementerian Kehutanan dan kepolisian. "Untuk melihat nanti bagaimana, apakah masuk ilegal juga," ucapnya.
Penjualan satwa-satwa Papua lewat kapal itu sudah lama terjadi. Hendori, penjual satwa, menuturkan kebanyakan satwa yang dijual adalah burung kakak tua jambul kuning, burung beo, nuri, gagak, dan buaya yang telah diawetkan. "Peminatnya orang-orang Cina," ujarnya saat ditemui Tempo di rumahnya pada Kamis, 16 April 2015.
Di rumah Hendori, ada seekor kakak tua jambul kuning. Burung itu kurus dan bulunya sudah rontok. "Ini sepi setelah kapal Cina tidak jalan," katanya. Menurut dia, saat kapal-kapal ke Cina masih aktif menangkap ikan, permintaan satwa tinggi.
Hendori berujar, dahulu, dalam sehari dia bisa menangkap 20 ekor burung endemik. Terkadang dia membeli dari warga setempat kemudian dijual kepada nelayan Cina dengan harga Rp 1,5-3 juta.
Biasanya, ucap lelaki asal Jawa Tengah ini, hewan-hewan tersebut dikirim dua kali dalam sebulan saat ada kapal yang mengirim barang ke Cina. Makanya, kata Hendori, sekali angkut, bisa ada seratus hewan pelbagai jenis yang dikirim.
Pedagang lain, Winarsi, menjelaskan, saat masih ramai, dia bisa mendapatkan uang sampai Rp 50 juta sekali angkut hewan. "Peminat Cina memang tinggi," tuturnya.
SYAILENDRA