Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Otak dan Penghasilan Orang Tua Ada Hubungannya?  

Editor

Grace gandhi

image-gnews
TEMPO/ Wahyu Setiawan
TEMPO/ Wahyu Setiawan
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Apakah volume otak berkaitan dengan status ekonomi seseorang? Dua penelitian yang dilakukan peneliti Amerika menjawab: iya. Mereka menemukan otak dari anak-anak dengan orang tua berpendapatan rendah lebih kecil dibanding anak-anak dari orang tua berpendapatan lebih tinggi.

Ahli saraf yang mempelajari otak lebih dari seratus orang muda menemukan luas permukaan korteks serebral mereka dapat dikaitkan dengan pendapatan keluarga. Wilayah otak yang diteliti bertanggung jawab untuk kemampuan bahasa, memori, kemampuan spasial, dan penalaran.

Peneliti dari Columbia University menemukan anak-anak dalam keluarga yang penghasilannya kurang dari US$ 25 ribu per tahun memiliki luas permukaan enam persen lebih kecil dibanding anak-anak yang keluarganya berpenghasilan US$ 150 ribu atau lebih.

"Kami sudah tahu begitu lama bahwa kemiskinan dan kurangnya akses pada sumber daya untuk memperkaya lingkungan perkembangan terkait dengan kinerja sekolah yang buruk," kata Elizabeth Sowell, dari Rumah Sakit Anak Los Angeles, seperti dilansir Daily Mail, Sabtu, 18 April 2015. "Tapi sekarang kami benar-benar dapat menghubungkannya kepada hal fisik di otak. Kami menyadari bahwa ini adalah masalah besar."

Ahli saraf dari MIT juga sampai pada kesimpulan yang sama dalam studi terpisah. "Sama seperti yang Anda harapkan, ada biaya riil untuk hidup dalam lingkungan yang tidak mendukung," ujar John Gabrieli, guru besar otak dan pengetahuan kognitif di MIT. "Bagi saya, itu adalah panggilan untuk bertindak. Anda ingin meningkatkan peluang bagi mereka yang tidak datang dengan mudah di lingkungan mereka."

Penelitian ini melibatkan 58 siswa, yaitu 23 siswa dari keluarga berpenghasilan rendah dan 35 siswa dari keluarga berpenghasilan tinggi. Semua siswa berusia 12-13 tahun. Siswa berpenghasilan rendah didefinisikan sebagai orang-orang yang memenuhi syarat untuk mendapat makan siang gratis di sekolah atau mendapat pengurangan harga. Para peneliti membandingkan skor Sistem Penilaian Komprehensif Massachusetts (MCAS) siswa dengan hasil pemindaian korteks otak.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dengan menggunakan magnetic resonance imaging (MRI), mereka menemukan perbedaan ketebalan pada bagian korteks di lobus temporal dan oksipital, yang berperan penting dalam visi dan menyimpan pengetahuan. Perbedaan itu terkait dengan perbedaan dalam kedua nilai ujian dan pendapatan keluarga. Bahkan perbedaan ketebalan korteks di daerah otak bisa menjelaskan sekitar 44 persen pada kesenjangan penghasilan.

Para peneliti menunjukkan perbedaan struktur yang mereka temukan tidak selalu permanen. "Ada begitu banyak bukti kuat bahwa otak sangat plastis," kata Gabrieli, yang juga anggota dari McGovern Institute. "Temuan kami tidak berarti bahwa dukungan pendidikan lebih lanjut, dukungan rumah, semua hal, tidak bisa membuat perbedaan besar."

Penelitian sebelumnya telah menemukan siswa berpenghasilan rendah lebih cenderung untuk menderita stres. Ini mungkin disebabkan karena mereka memiliki akses yang lebih terbatas pada sumber daya pendidikan dan menerima lebih sedikit paparan bahasa lisan pada awal kehidupan.

DAILY MAIL | AMIRULLAH

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


BRIN Temukan Daur Ulang Baterai Litium Ramah Lingkungan

16 hari lalu

Secara spesifikasi, Kia Ray dibekali baterai lithium-iron-phosphate (LFP) 35,2 kilowatt-jam. (Foto: Kia)
BRIN Temukan Daur Ulang Baterai Litium Ramah Lingkungan

BRIN sebut tiga alasan mengapa daur ulang baterai litium sangat penting. Satu di antaranya alasan ramah lingkungan.


Dua Artikel Ilmiah Karya Dosen UGM Paling Banyak Disitasi, Apa Saja?

26 September 2023

Kampus Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. (ugm.ac.id)
Dua Artikel Ilmiah Karya Dosen UGM Paling Banyak Disitasi, Apa Saja?

Universitas Gadjah Mada atau UGM masuk dalam jajaran top 50 dunia pada THE Impact Rankings 2023.


Rektor Stanford University Mundur karena Penelitian Ilmiahnya Dinilai Kurang

20 Juli 2023

Menara Hoover menjulang di Stanford University di Stanford, California, AS pada 13 Januari 2017. REUTERS/Noah Berger
Rektor Stanford University Mundur karena Penelitian Ilmiahnya Dinilai Kurang

Pemimpin Stanford University, salah satu kampus yang paling bergengsi di AS, mundur setelah ditemukan kekurangan dalam penelitiannya tentang saraf.


2 Syarat dari BRIN Agar Penemuan Bisa Disebut Sebagai Inovasi

14 Juli 2023

Peneliti di Gedung Genomik BRIN di Kawasan Sains dan Teknologi Soekarno, Cibinong, Jawa Barat, Selasa, 27 Juni 2023. (Tempo/Maria Fransisca)
2 Syarat dari BRIN Agar Penemuan Bisa Disebut Sebagai Inovasi

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan dua syarat agar sebuah penemuan dapat disebut sebagai inovasi.


Bagaimana Artikel Ilmiah Bisa Lolos di Jurnal Bereputasi? Ini Kata Dosen Unpad

14 April 2023

Ilustrasi jurnal ilmiah. Shutterstock
Bagaimana Artikel Ilmiah Bisa Lolos di Jurnal Bereputasi? Ini Kata Dosen Unpad

Tiga peneliti Unpad membagikan pengalamannya terkait pengalaman publikasi artikel ilmiah pada jurnal internasional bereputasi tinggi.


Pakar ITB Teliti Kepunahan Reptil dengan Tim Ilmuwan Dunia

6 April 2023

Gambar dari Batagur trivittata, Burmese Roofed Turtle yang masuk daftar Critically Endangered menurut IUCN Red List. (Rick Hudson, source: https://www.iucnredlist.org/species/10952/152044061)
Pakar ITB Teliti Kepunahan Reptil dengan Tim Ilmuwan Dunia

Ilmuwan ITB Djoko T. Iskandar meneliti kepunahan reptil dan kaitannya dengan usaha konservasi tetrapoda.


Rancang Alat Deteksi Jenis Malaria, Mahasiswa ITB Raih Juara Pertama Festival Ilmiah

26 Maret 2023

Tim Mahabidzul dari ITB merancang pendeteksian jenis malaria pada pasien secara cepat dan akurat. Dok.ITB
Rancang Alat Deteksi Jenis Malaria, Mahasiswa ITB Raih Juara Pertama Festival Ilmiah

Tim mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) merancang alat deteksi lima jenis malaria.


Pakar ITB Teliti Keruntuhan Anak Krakatau 2018 untuk Pemodelan Tsunami Akurat

22 Maret 2023

Gunung Krakatau. itb.ac.id
Pakar ITB Teliti Keruntuhan Anak Krakatau 2018 untuk Pemodelan Tsunami Akurat

Dosen teknik geologi ITB meneliti keruntuhan tubuh Gunung Anak Krakatau sebagai tolok ukur pemodelan tsunami akurat.


Psikolog UI Teliti Penyebab Bungkamnya Mahasiswa Saksi Kecurangan Akademik

17 Januari 2023

Anna Armeini Rangkuti, mahasiswa program doktoral di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI). ui.ac.id
Psikolog UI Teliti Penyebab Bungkamnya Mahasiswa Saksi Kecurangan Akademik

Psikolog UI Anna Armeini Rangkuti mengidentifikasi ada empat motif utama silence mahasiswa terhadap kesaksian adanya kecurangan akdemik.


Tips Menulis Esai Ilmiah dengan Baik, Mahasiswa Perlu Tahu

13 September 2022

Ilustrasi jurnal ilmiah. Shutterstock
Tips Menulis Esai Ilmiah dengan Baik, Mahasiswa Perlu Tahu

Simak tips menulis esai ilmiah yang baik dari Universitas Airlangga.