TEMPO.CO, Yogyakarta - Stefan dan Barbara Weidle dari Weidle Verlag, penerbit Jerman yang akan mencetak novel Pulang menyebut sastra sebagai alat yang bagus untuk menjelaskan sejarah dari suatu bangsa.
Barbara mengatakan Weidle Verlag beruntung punya kesempatan menerbitkan Pulang ke dalam Bahasa Jerman. Novel itu menurut dia memiliki jalinan cerita yang kuat, menjelaskan peristiwa 1965 di Indonesia dan gerakan mahasiswa berkecamuk di Paris, Perancis tahun 1968.
"Tak banyak orang Jerman yang tahu tentang peristiwa 1965. Melalui Pulang pembaca diajak berimajinasi tentang peristiwa bersejarah di Indonesia yang menyisakan trauma," kata Barbara di Hotel Eclipse Yogyakarta, Jumat, 17 April 2015.
Weidle Verlag sangat hati-hati dan serius menggarap proyek penerbitan novel Pulang. Mereka bahkan menyusuri sejumlah tempat yang disebut dalam novel di Indonesia dan Paris, Prancis. Tujuannya untuk benar-benar memahami negara yang menjadi latar dari kisah dalam novel.
Mereka tak mau langsung menerjemahkan novel Pulang dalam Bahasa Inggris ke Bahasa Jerman. Mereka terus mengumpulkan bahan dan menyiapkan desain novel yang akan dicetak dalam Bahasa Jerman pada Juli 2015.
Stefan punya pandangan tentang cerita dalam novel karya peraih Khatulistiwa Literary Award 2013 itu. Menurut dia, Leila memulai cerita dengan sangat mengalir. Leila piawai membangun suasana, misalnya aroma dan menggambarkan suara. "Dia penulis yang hebat. Kami ketemu banyak pembaca yang menyukai novel itu," kata Stefan.
Barbara dan Stefan tak punya kritik untuk novel itu. Mereka senang menerbitkannya. Novel Pulang mulai digarap tahun 2006 dan selesai tahun 2012. Leila melakukan riset, bertemu dengan para eksil yang menjadi inspirasi novel itu. Para eksil itu banyak bercerita tentang perjalanan hidup mereka yang rumit.
SHINTA MAHARANI