TEMPO.CO, Jakarta - Perencana keuangan Finansia Consulting, Eko Indarto, mengatakan bahwa upaya pemberantasan praktek investasi Mavrodi Mondial Moneybox (MMM) tak mudah. Sebab, MMM tak menganggap dirinya sebagai lembaga investasi, melainkan komunitas.
"Masalahnya, mereka juga berkomunikasi secara terbuka," kata Eko saat dihubungi, Sabtu, 18 April 2015. Komunikasi terbuka yang dimaksud Eko mengacu pada cara MMM yang mengajak calon investor di luar komunitas tersebut. "Dan seharusnya yang seperti itu harus ada izin dulu."
Kesalahan lain dari praktek MMM adalah pengelolaan uang yang dianggap tak jelas serta menjanjikan adanya hasil yang terlalu tinggi. Menurut Eko, apa yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan dengan memblokir situs MMM sudah tepat. Langkah itu harus dilakukan sebelum praktek mereka berkembang lebih luas.
Otoritas Jasa Keuangan menyatakan panel konten situs negatif telah merekomendasikan kepada Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara untuk memblokir 20 situs Mavrodi Mondial Moneybox. Rekomendasi itu keluar setelah Panel Investasi Ilegal, Penipuan, Perjudian, Obat dan Makanan, serta Narkoba Kementerian melakukan rapat pada Rabu, 15 April 2015, lalu.
Bagi para calon investor, Eko memiliki beberapa tip sebelum menginvestasikan dana mereka di sebuah lembaga keuangan. Yang pertama adalah hasil yang ditawarkan. Hasil 30 persen per bulan atau 360 persen dalam satu tahun, menurut Eko, tak wajar. Apalagi jika dibandingkan dengan beberapa portofolio investasi lain, seperti reksadana atau deposito, yang hanya memberikan hasil tak lebih dari 10 persen setahun.
Calon investor juga diminta mencermati cara kerja dana pengelolaan dananya. Eko menilai skema pengelolaan dana MMM tak jelas dan berpotensi diselewengkan. "Yang terakhir, masalah legalitas lembaga itu harus dilihat juga," ujarnya.
Eko mengakui, walaupun tergolong lembaga keuangan yang tak masuk akal, masih banyak calon investor yang tergiur. "Bisa jadi mereka sedang putus asa, misalnya punya utang besar dan butuh duit cepat," tutur Eko.
FAIZ NASHRILLAH