TEMPO.CO, Jakarta - Duli Hembrom, murid perempuan berusia 13 tahun, di Milan Mithi Uchha Vidyalaya, India, menulis surat kepada kepala sekolahnya. Siswa kelas IX itu meminta untuk menyelamatkannya dari pernikahan yang diatur orang tuanya.
Ia melakukan tindakan itu karena upayanya untuk meyakinkan orang tuanya gagal. Hembrom pun memilih untuk meminta pertolongan ke kepala sekolahnya untuk campur tangan.
"Orang tua saya sudah menetapkan pernikahan saya pada 22 April. Saya tidak ingin menikah. Aku bersumpah tidak akan menikah sebelum aku berusia 18. Saya tidak ingin menikah dini," Duli menulis dalam suratnya seperti yang dilansir India Times pada 18 April 2015.
Orang tua Hembroms, yang tinggal di Gudabanda di distrik Jamshedpur, mencoba membenarkan keputusan mereka. Mereka mengatakan pernikahan anak adalah fenomena umum dalam masyarakat mereka, karena akan sulit menemukan pasangan yang cocok saat seorang gadis menjadi dewasa.
Kejahatan sosial pernikahan anak telah dipraktekkan selama berabad-abad di India. Bahkan sebelum anak-anak dewasa secara mental dan fisik mereka dibebani dengan tanggung jawab pernikahan.
Menurut laporan PBB baru-baru ini, India berada di peringkat kedua setelah Bangladesh dalam hal pernikahan anak-anak. Menurut catatan resmi sekitar 51,8 persen anak perempuan di negara bagian India menikah sebelum mereka mencapai usia 18 tahun.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk menyebarkan kesadaran agar mengakhiri kejahatan sosial ini. Namun sulit mengubah pola pikir masyarakat atas pernikahan anak. Karena tradisi di India masih berakar dengan faktor keagamaan, praktek-praktek sosial, dan faktor ekonomi.
INDIA TIMES | YON DEMA