TEMPO.CO, Bandung - Pelatih kepala Persib Bandung, Djadjang Nurdjaman, mengatakan timnya tetap berfokus mempersiapkan diri menjelang tampil dalam laga AFC Cup 2015, meski PSSI terancam sanksi dari FIFA. "Ada was-was juga soal situasi sekarang, takut-takut dicoret AFC. Tapi besok (Senin) baru ketemu dengan para pemain," kata Djajang kepada Simamaung.com, laman penggemar Persib, Minggu, 19 April 2015.
Menurut Djadjang, dirinya akan tetap mengumpulkan pasukannya pada Senin, 20 April 2015. Tujuannya untuk melakukan latihan rutin pasca mendapat jatah libur selama 3 hari. "Kita tetap mulai latihan sesuai dengan rencana, Senin besok. Sebagai permulaan untuk fokus persiapan melawan New Radiant (Maladewa)," ucap Djadjang. (Baca: Dirijen Bobotoh Persib Blak-blakan Soal Sanksi FIFA ke PSSI)
Skuad Maung Bandung akan kembali tampi dalam ajang kompetisi antarklub Asia itu, Rabu, 29 April 2015, menghadapi New Radiant di Maladewa. Janur pun enggan timnya tampil melempem dalam pertandingan tersebut sehingga persiapan serius mesti dilakukan oleh timnya. Jika klub itu meraih tiga poin, satu tiket ke babak 16 besar otomatis akan diraih.
Munculnya kabar Persib akan terhempas di AFC Cup pasca pembekuan PSSI, Djadjang mengaku situasi ini cukup membuatnya tidak nyaman. Padahal perjalanan Persib sejauh ini cukup baik dengan bertengger di puncak Grup H. Pelatih 57 tahun itu mengaku akan berdiskusi dengan pasukannya mengenai kondisi kiprah Persib di ajang Asia.
Menteri Olahraga Imam Nahrawi resmi membekukan PSSI, Jumat, 17 April 2015. Pembekuan dilakukan Kementerian Pemuda dan Olahraga melalui suratnya bernomor 0137 tahun 2015. Dalam surat itu disebutkan, Kemenpora memberi sanksi administratif kepada PSSI. Selain itu, apapun keputusan dan kegiatan PSSI dianggap tidak sah.
"Setiap Keputusan dan/atau tindakan yang dihasilkan oleh PSSI termasuk Keputusan hasil Kongres Biasa dan Kongres Luar Biasa tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat, tidak sah dan batal demi hukum bagi organisasi, Pemerintah di tingkat pusat dan daerah maupun pihak-pihak lain yang terkait," demikian kutipan surat tertanggal 17 April 2015 itu.
PSSI nyata-nyata secara meyakinkan terbukti mengabaikan dan tidak mematuhi kebijakan pemerintah melalui teguran tertulis yang tiga kali dilayangkan oleh Kemenpora. Teguran ketiga dilayangkan, Kamis, 16 April 2015. Namun, hingga Jumat, PSSI belum juga menjawab teguran tersebut.
Keputusan Kemenpora ini buntut dari kebijakan PSSI yang tidak mengakui hasil rekomendasi Badan Olahraga Profesional Indonesia untuk tidak meloloskan Arema Cronus dan Persebaya Surabaya dalam kompetisi Indonesia Super League. Belakangan, kompetisi kasta tertinggi di Indonesia ini berubah menjadi QNB League.
SIMAMAUNG.COM | BC