TEMPO.CO, Jakarta - Grafolog dari American Handwriting Analysis Foundation, Deborah Dewi, mengatakan, ada kejanggalan pada tulisan tangan Akseyna Ahad Dori, 18 tahun, antara yang ditemukan pada surat wasiatnya dan tulisan Akseyna dalam kesempatan yang lain.
Dari perbedaan tersebut, ia berujar, ada kemungkinan Akseyna bukan tewas akibat bunuh diri. "Dari hasil analisa tulisan tangannya, saya semakin ragu jika Akseyna bunuh diri," kata Deborah melalui akun Twitter @deborahdewi, Ahad, 19 April 2015.
Akseyna ditemukan tewas mengapung di Danau Kenanga, Universitas Indonesia, Depok, 26 Maret 2015. Penyidik kepolisian menemukan luka memar pada tubuh mahasiswa Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia, itu.
Selain bersumber pada surat wasiat, Deborah menggunakan tulisan lain yang berisi biodata dan tanda tangan Akseyna sebagai pembanding. Ia menjelaskan, setidaknya ada enam hal yang menjadi sorotan pada surat wasiat yang ditinggalkan Akseyna.
Dalam suratnya, Akseyna menulis "Will not return for eternity. Please don't search for my existence. My apologies for everything." Kejanggalan pertama, ujar Deborah, yakni arah kemiringan tulisan dalam surat wasiat cenderung vertikal.
Sedangkan kemiringan tulisan tangan asli Akseyna diagonal ke arah kanan. Kemiringan juga ditemukan pada tanda tangan Akseyna. Deborah juga menyoroti gaya penulisan huruf 'g' pada kedua tulisan. Ia melingkari setiap huruf g dalam surat wasiat itu.
Gaya penulisan huruf g tersebut, menurut Deborah, berbeda dengan yang tertulis dalam biodata. Sebab, Akseyna memiliki gaya tulisan yang khas menuliskan huruf g. Huruf tersebut memiliki dua garis yang mengulang di dekat kepala huruf.
LINDA HAIRANI