TEMPO.CO, Jakarta - Lama tak terungkap penyebab kematian Akseyna Ahad Dori, Kolonel Sus Mardoto mendatangi Kepolisian Resor Depok, Jumat pekan lalu. Dia memberikan informasi kepada polisi ihwal kejanggalan dalam kematian sang anak.
Salah satunya adalah soal tulisan tangan yang ditemukan di kamar kos anaknya di Wisma Widya, Jalan Kabel, Kelurahan Kukusan, Beji, Depok. “Dari tulisan, kami sudah membandingkan tidak yakin itu tulisan Akseyna,” katanya, Jumat pekan lalu.
Polisi menemukan tulisan tangan dalam bahasa Inggris yang berbunyi, “Will not return for eternity please dont search for existence my apologies for everything.”
Grafolog dari American Handwriting Analysis Foundation, Deborah Dewi, mengatakan ada kejanggalan antara tulisan tangan Akseyna Ahad Dori, 18 tahun, yang ditemukan pada surat wasiatnya, dan tulisan Akseyna pada kesempatan yang lain. Dari perbedaan tersebut, ia berujar, ada kemungkinan Akseyna bukan tewas akibat bunuh diri.
“Dari hasil analisis tulisan tangannya, saya semakin ragu Akseyna bunuh diri,” kata Deborah melalui akun Twitter @deborahdewi, kemarin.
Baca Juga:
Selain bersumber pada surat wasiat, Deborah menggunakan tulisan lain yang berisi biodata dan tanda tangan Akseyna sebagai pembanding. Ia menjelaskan setidaknya ada enam hal yang menjadi sorotan pada surat wasiat yang ditinggalkan Akseyna.
Hal pertama, ujar Deborah, yakni arah kemiringan tulisan dalam surat wasiat vertikal. Adapun kemiringan tulisan tangan asli Akseyna diagonal ke arah kanan. Kemiringan juga ditemukan pada tanda tangan Akseyna.
Deborah juga menyoroti gaya penulisan huruf “g” pada kedua tulisan. Ia melingkari setiap huruf “g” yang ada pada surat wasiat itu. Huruf tersebut berbeda dengan yang tertulis dalam biodata. Sebab, Akseyna memiliki gaya tulisan khas dalam menuliskan huruf “g”. Huruf tersebut memiliki dua garis mengulang di dekat kepala huruf.
LINDA HAIRANI | IMAM HAMDI