TEMPO.CO, Jakarta - Konferensi Asia-Afrika 1955 diwarnai peledakan bom pada pesawat yang kabarnya ditumpangi Perdana Menteri Cina Zhou Enlai pada 11 April 1955. Namun Zhou Enlai selamat karena mendapat informasi dari intelijen dan akhirnya memilih pindah pesawat.
“Ini adalah upaya pembunuhan berencana yang dilakukan Amerika dan agen mata-mata Chiang Kai-shek,” tulis Kementerian Luar Negeri Cina pada 12 April 1955 dalam Xinhua.
Undangan kepada Zhou Enlai untuk hadir di Konferensi Asia-Afrika di Bandung dikirim Perdana Menteri Indonesia Ali Sastroamidjojo pada 15 Januari 1955. Surat konfirmasi bahwa dia hadir di Indonesia baru dikirim sebulan kemudian.
“Dia hadir karena ingin membangun kerja sama dengan negara-negara di kawasan Asia-Afrika,” ucap Li Hong, seorang pensiunan Kementerian Keamanan Publik Cina, dalam tulisan The Truth Behind The Kashmir Princess Incident yang dimuat di Contemporary Chinese Histories Studies pada 2012.
Saat KAA diadakan, hanya enam negara yang memiliki hubungan diplomatik dengan Cina. Negara peserta lain justru membina hubungan dengan Kuomintang atau Partai Nasionalis Cina pimpinan Chiang Kai-shek yang berbasis di Taiwan.
Chiang Kai-shek pernah berseteru dengan Mao Zedong dalam perang saudara. Mao yang memenangkan pertarungan lalu memproklamasikan Republik Rakyat Cina pada 1 Oktober 1949. Chiang Kai-shek memilih melarikan diri ke Pulau Formosa alias Taiwan.
Kabar ini membuat cemas Taiwan. Mereka lalu berusaha menggagalkan kedatangan Zhou Enlai ke Indonesia. Menurut Li Hong, Amerika dan Kai-shek memakai berbagai cara seperti persenjataan untuk mencegah dan merusak kedatangan delegasi Cina ke KAA.
Zhou Enlai rencananya berangkat dari Bandara Kong’s Kai Tak di Hong Kong karena tak ada penerbangan dari Peking ke Jakarta. Cina pun akhirnya memilih menyewa pesawat India berjenis L-749 dengan nama Kashmir Princess.
Menjelang keberangkatan, Perdana Menteri Burma U Nu mengundang Zhou Enlai berkunjung ke Rangon selama 14-16 April 1955. Namun sejumlah delegasi Cina mesti datang lebih awal ke Bandung untuk persiapan KAA.
Mereka pun tetap berangkat ke Jakarta menggunakan pesawat yang sudah disewa. Saat berada di Hong Kong inilah, bom diduga dipasang. Orang yang dicurigai menaruh bom adalah Zhou Zu, pekerja di Hong Kong Aircraft Engineering di Bandara Kai Tak.
Bom akhirnya meledak ketika pesawat berada di atas perairan Natuna. Hanya tiga orang yang berhasil selamat dari peledakan ini. Peledakan ini mencemaskan Panitia Konferensi Asia Afrika yang mengira Zhou Enlai tetap berada di dalam pesawat.
Selengkapnya baca majalah Tempo Edisi Khusus 60 Tahun Konferensi Asia-Afrika yang terbit 20-27 April 2015.
WAYAN AGUS PURNOMO