TEMPO.CO, Bandung - Sebanyak 109 batu prasasti pepohonan yang ditanam kepala negara peserta peringatan Konferensi Asia-Afrika (KAA) 2005 di Taman Tegalega dibongkar, Selasa, 21 April 2015. Alasan pembongkaran karena batu prasasti yang seperti nisan itu mengesankan lokasi taman sebagai kuburan.
Dari pantauan Tempo, bola-bola batu berwarna kelabu terhampar di sisi kiri gerbang masuk Taman Tegalega dari arah Jalan Otto Iskandar Dinata, Bandung. Di samping bola batu itu puluhan batu prasasti lama yang tersebar di tiap pohon, rebah tergolek di tanah.
Bola batu seukuran bola basket seberat kurang-lebih 25 kilogram tersebut menggantikan batu-batu prasasti penanaman pepohonan di sana oleh para kepala negara peserta peringatan KAA 2005. "Ada yang protes sebelumnya karena seperti kuburan," kata Kepala Dinas Pemakaman dan Pertamanan Kota Bandung Arif Prasetya kepada Tempo, Selasa, 21 April 2015.
Batu prasasti penanaman pohon KAA 24 April 2005 itu berupa balok persegi panjang dari bahan semen. Pada tempelan keramik persegi empat berwarna hitam tertulis nama negara penanam dan jenis pohonnya. Seperti Trinidad Tobago dengan pohon jenis Sphatodae, pohon kayu manis hasil tanaman Republic of Kyrgyz, dan pohon waru yang ditanam Kingdom of Saudi Arabia.
Sepuluh tahun berselang kini, pepohonan yang berderet rapi itu telah setinggi lima meter lebih dan rimbun. Sebagian yang berbuah seperti pohon bintaro, buahnya berserakan di lantai tanah taman. Pepohonan itu juga menjadi tempat berkumpulnya para burung. Belasan orang terlihat menikmati jajanan dan makan siang dibawah kerindangan pohon.
<--more--!>
Menurut Arif, prasasti baru berupa bola batu itu sama jumlahnya dengan prasasti sebelumnya, yakni 109 buah. Nantinya prasasti juga akan dilengkapi keterangan nama negara dan jenis pohon yang ditanamnya. "Dananya sekitar Rp 190 juta dari APBD Kota Bandung," ujarnya.
Penggantian prasasti itu merupakan rangkaian pembenahan kota sebagai tuan rumah puncak Peringatan 60 Tahun KAA di Gedung Merdeka, 24 April nanti. Karena bukan salah satu lokasi yang akan dikunjungi lagi seperti 2005, pengerjaan penggantian prasasti pepohonan KAA di Taman Tegalega itu tidak dibatas waktu. "Yang penting hasilnya bagus," ujar Arif.
Prasasti bola batu itu tidak licin. Pada bagian luarnya ada atlas dunia yang agak menyembul. Menurut Arif, batu globe itu dibuat dengan cara dicetak, bukan dipahat. Perajinnya ada di Citatah, Padalarang.
ANWAR SISWADI