TEMPO.CO , Jakarta: Jakarta - Popong Otje Djunjunan alias Ceu Popong mungkin menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang punya hubungan langsung dengan Konferensi Asia-Afrika. Wanita berusia 76 tahun itu terlibat dalam konferensi tingkat tinggi yang berlangsung di Bandung pada 18-24 April 1955 sebagai pemandu alias liason officer. (Baca: Ceu Popong ke Gamal Nasser: Aduh, Meni Cangkeul)
Ceu Popong mengakui ada dua hal yang membuat dia terpilih menjadi pemandu di KAA, yaitu kemampuannya berbahasa Inggris dan kesukaannya mengenakan kebaya. "Waktu itu ibu masih siswa kelas 1 SMA Negeri 5 Bandung," kata dia saat ditemui Tempo di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis, pertengahan April 2015.
Ceu Popong berusaha mengingat siapa yang awalnya mengajak dia terlibat di KAA. "Tidak ingat, tapi ketika itu panitia KAA mencari sepuluh gadis yang berbahasa Inggris dan senang memakai kebaya," ujar politikus Partai Golkar itu.
Bahasa Inggris yang fasih diperlukan untuk berbincang dengan orang negara lain. Sedangkan kebaya harus dipakai untuk menunjukkan budaya bangsa. Kesepuluh gadis itu bakal dijadikan pemandu di KAA Bandung. Yang mereka pandu bukan orang sembarangan: para pemimpin dan anggota delegasi negara peserta.
Menjadi satu dari sepuluh gadis terpilih sudah terbayang di benak Ceu Popong. "Nilai pelajaran Bahasa Inggris ibu 10," ujar dia. Ceu Popong juga mengaku sering dan senang memakai kebaya. "Kebaya Sunda kesukaan ibu."
Kata Ceu Popong, gadis yang pintar dan fasih berbahasa Inggris belum tentu terpilih kalau jarang memakai kebaya. Sebab, panitia perlu gadis-gadis yang lihai beraktivitas menggunakan kebaya. "Jadi, Ibu mah teu karagok (tak canggung lagi)," ujar dia.
Ceu Popong akhirnya terpilih menjadi satu dari sepuluh pemandu acara Koneferensi itu. ia menjadi pemandu bagi Mesir dengan kepala delegasinya wakti itu Presiden Gamal Abdul Nasser.
MUHAMAD RIZKI