TEMPO.CO, Makassar - Kepala Kepolisian Daerah (Polda) Sulawesi Selatan dan Barat, Inspektur Jenderal Anton Setiadji, mengakui bahwa wilayah hukumnya menjadi tempat pelarian teroris asal Poso, Sulawesi Tengah.
Polisi kemarin menangkap Ambo Ece, 35 tahun, buronan kasus terorisme di Bulutironge, Kecamatan Pitumpanua, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, Selasa, 21 April, sekitar pukul 06.30 Wita.
Ambo Ece merupakan anak buah Santoso dan Daeng Koro. Ia tergabung dalam Mujahidin Indonesia Timur dan terlibat aksi terorisme. Salah satu aksinya, pembunuhan dua anggota Polres Poso, Ajun Inspektur Satu Sudirman dan Brigadir Andi Sapa di Tamanjeka, Poso, beberapa waktu lalu. Ambo Ece pernah mengikuti latihan militer di Poso dan Walenrang.
"Di sini (Sulsel) itu sekarang jadi tempat pelarian teroris. Tempat persembunyian (teroris) banyak, tapi tak mungkin dibeberkan," kata Anton, Rabu, 22 April.
Keberadaan teroris di wilayah hukumnya direspon pihaknya dengan meningkatkan kewaspadaan aparat mulai di jajaran Polda sampai Polsek. Partisipasi masyarakat melaporkan segala hal yang mencurigakan juga amat diharapkan.
Soal tindak lanjut penanganan kasus terorisme dari Ambo Ece, pihaknya akan melimpahkan ke Detasemen Khusus 88 Antiteror. Ambo Ece yang ditangkap di Kabupaten Wajo sudah diterbangkan ke Jakarta, Selasa kemarin guna pemeriksaan lanjutan. Sebelumnya, Ambo Ece sempat transit di Makassar, beberapa jam. "Sudah di bawa ke Jakarta kemarin," ujar Anton.
Menurut Anton, Ambo Ece ini diketahui bekerja sebagai petani. Ia dan istrinya memang merupakan warga asal Kabupaten Wajo. Namun, tak dirinci mengenai bagaimana Ambo Ece akhirnya bergabung ke kelompok teror jaringan Santoso dan Daeng Koro. Disinggung soal barang bukti, Anton mengaku ada di Poso. "Di sini kan hanya pengembangan," tuturnya.
Anton menambahkan guna menangkal aksi terorisme, kepolisian berkoordinasi dengan TNI. Namun, keberadaan TNI sebatas memberikan bantuan informasi. Segala bentuk penindakan ditangani Polri, khususnya Densus 88. Salah satu kasus yang coba ditelusuri adalah penemuan senjata api rakitan jenis FN dan amunisi peluru sebanyak 627 butir di Kabupaten Bone, Senin, 20 April.
TRI YARI KURNIAWAN