TEMPO.CO, Yogyakarta - Kali Code di Kota Yogyakarta pada Rabu petang 22 April 2015, kembali bergolak dan mengalami banjir hebat setelah empat tahun terakhir terpantau tenang pasca meletusnya Gunung Merapi tahun 2010 lalu.
Akibat banjir itu, sekitar 200 keluarga yang menghuni RW 1 dan RW 2, Kampung Bintaran Kidul dan Bintaran Lor Kecamatan Mergangsan Yogyakarta mengungsi di halaman Gereja Bintaran yang berjarak sekitar 300 meter dari sungai itu. Sekitar 15 warga, khususnya anak-anak dan lanjut usia sempat terjebak dan tak berani keluar ketika air sudah mencapai ketinggian 1,5 meter sekitar pukul 20.00 WIB.
Pantauan Tempo, banjir itu tak sempat membuat para warga membawa dan menyelamatkan menyelamatkan barang-barangnya. "Mau bawa anggota keluarga yang sakit saja sudah terlambat, airnya naik cepat sekali sejak sirene bahaya berbunyi," ujar Wastini, 45 tahun, warga kampung Bintaran Kidul terisak saat ditemui Tempo di titik pengungsian.
Sebanyak lima kerabat Wastini-mulai suami,mertua, anak, dan adik ipar- terjebak di rumahnya yang hanya berjarak 20 meteran dari tanggul sungai. Ibu dua anak itu sebenarnya sudah berteriak-teriak memperingatkan ketika mendengar sirene bahaya banjir usai Isya sekitar pukul 19.30 WIB. Air sungai terus meluap dengan cepat mulai dari pinggan , dada, dan akhirnya mencapai ketinggia sekitar 1,5 meter.
"Saya pertama bawa anak dan tetangga yang lumpuh, pas mau balik bawa keluarga lain, air sudah seleher, nggak bias masuk," kata Wastini. Suami Wastini, Dwi Budianto, 48 tahun tak dapat keluar karena salah satu kakinya diamputasi. Sedangkan mertua Wastini, Badiyah, 70 tahun, tak bisa bergerak karena stroke. "Suami saya saya naikkan ke atas lemari untuk menghindari air yang terus tinggi, mertua dibuatkan loteng-lotengan."
Ketua RT 1 RW 1 Bintaran Lor Agus Priyanto mengatakan, banjir di kampungnya tak separah kampung Bintaran Kidul. "Air hanya sampai ketinggian pinggang orang dewasa, tapi ada empat ibu hamil dievakuasi karena shock," kata Agus.
Ketua Harian Search And rescue DIY Ferry Ardiyanto menuturkan, pihaknya sempat kesulitan masuk ke dalam perkampungan karena saat banjir seluruh listrik belum dipadamkan warga.
"Sampai pukul 21.30 masih tersisa dua keluarga terdiri dari enam orang yang harus kami evakuasi dengan tandu dan perahu karet," kata dia. Banjir di Bintaran Kidul lebih parah karena posisi kampung itu cukup rendah dibanding kampung lain di sepanjang bantaran sungai.
"Banjir Code ini dipicu karena Sungai Boyong di lereng Gunung Merapi banjir hebat sejak sore, dengan ketinggian di perbatasan kota-kabupaten sudah tembus 170 sentimeter dan terus bertambah," ujar Ferry. Banjir di lereng Merapi ini juga menybabkan sejumlah sungai di kota seperti Kali Winongo terimbas namun tak parah.
PRIBADI WICAKSONO