TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla membantah jika pernyataan Presiden Joko Widodo ihwal melepas ketergantungan pada lembaga pemberi pinjaman internasional disebut sebagai sinyal ketertarikan Indonesia untuk bergabung dengan Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) yang diprakarsai Cina.
Menurut JK, Presiden hanya memberikan alternatif pendanaan pembangunan infrastruktur. “Presiden hanya mengatakan jangan bergantung pada tiga bank itu,” kata JK seusai pertemuan bilateral dengan beberapa negara di Perayaan 60 Tahun Konferensi Asia-Afrika di Jakarta pada Kamis, 23 April 2015.
JK ingin menampik spekulasi bahwa Jokowi akan memutus hubungan dengan Bank Dunia, Dana Moneter Internasional (IMF), dan Bank Pembangunan Asia (ADB). JK memastikan hubungan Indonesia dengan ketiga lembaga keuangan internasional itu tetap terjaga.
Sebelumnya, dalam pidato pembukaan Konferensi Asia-Afrika, Presiden Jokowi mengatakan negara-negara di Asia dan Afrika tidak boleh terlalu bergantung pada Bank Dunia, ADB, dan IMF. Negara-negara di Asia dan Afrika, kata Jokowi, harus mencari solusi untuk mendapat dana pembangunan infrastruktur dan perekonomian mereka.
Direktur Jenderal Wilayah Asia-Afrika dan Afrika Kementerian Luar Negeri Yuri O. Thamrin memperkirakan kebutuhan dana untuk membangun infrastruktur di kawasan Asia-Pasifik mencapai US$ 8 triliun. Jumlah tersebut tak bisa ditalangi oleh Bank Dunia, IMF, ataupun ADB, yang hanya mampu menyediakan dana ratusan miliar dolar AS per tahun.
Karena itu, menurut Yuri, AIIB dapat menjadi solusi tepat. “Bahkan negara-negara dari Uni Eropa dan Amerika Serikat berminat bekerja sama dengan lembaga tersebut,” katanya.
Untuk merealisasikan AIIB, Cina telah menggagas dana awal sebesar US$ 50 miliar. Dana itu belum termasuk dana negara-negara lain yang menyatakan minat bergabung.
URSULA FLORENE SONIA