TEMPO.CO, Jakarta - Kaleng-kaleng bekas tak selamanya menjadi barang yang tak berguna. Di tangan Rosi Hariyati, limbah anorganik itu bisa menjadi sumber penghasilan yang menggiurkan.
Perempuan yang berdomisili di Jakarta Utara ini berkreasi membuat lukisan timbul alias emboss painting di atas kaleng bekas yang sudah dibelah.
Lukisan uniknya itu cukup diminati. Terbukti di Jakarta International Handicraft Trade Fair atau Inacraft 2015 dua pekan lalu, seluruh produk kreasi seni emboss painting miliknya laris manis bak kacang goreng diburu para pengunjung.
Dia membawa sekitar 20 unit karya lukisan pada pameran, termasuk satu lukisan wajah Presiden Joko Widodo dan Presiden pertama Indonesia Soekarno. Semuanya ludes terjual kecuali lukisan wajah yang tidak dia lepas di bawah harga Rp5 juta. “Kami memakai bahan kaleng-kaleng bekas. Jadi lukisan timbul ini dibuat di atas kaleng yang sudah tidak terpakai,” kata dia.
Rosi termasuk salah satu pionir untuk lukisan emboss. Karya seni ini terbilang masih jarang ditekuni pelaku usaha lain yang memanfaatkan kaleng sebagai medium berkarya.
Pasalnya, diperlukan jiwa seni dan kreatifitas untuk menggambar di atas kaleng kemudian mengetuknya pakai sumpit kayu yang sudah dibentuk, hingga tercipta lukisan timbul.
Perempuan 45 tahun ini mengaku tak sengaja terjun dalam bisnis kaleng bekas pada 2011.
Awalnya, dia hanya ingin mengolah kaleng-kaleng bekas yang banyak bertaburan di sekitar pemukimannya di kawasan Pulogadung, Jakarta Utara.
Pucuk dicinta ulam pun tiba. Terlintas idenya untuk membuat kaligrafi yang biasanya menggunakan bahan aluminium atau tembaga. Kaleng dinilai bisa dimanfaatkan karena berbahan lembaran baja tipis.
Beberapa bekas minuman soda pun segera masuk ke dapur ekseperimen. Kaleng dibelah dua dan dibersihkan bagian dalamnya.
Kemudian dia mulai menggambar di salah satu bagian. Kaleng digores atau diketuk dengan menggunakan alat-alat seperti plat, pensil, batang sumpit/kayu hingga timbullah relief kaligrafi.
“Ada teman yang melihatnya terus dia suka dan beli. Karena kita lihat ada nilai ekonomisnya ya jadinya kenapa tidak dijadikan usaha sekalian,” ujarnya.
Berawal dari kaligrafi di atas selembar kaleng bekas minuman, Rosi mulai mengembangkan karya-karyanya. Dia mengangkat hal-hal yang ada di dunia nyata.
Relief corak binatang, logo dan benda-benda yang realis seperti sepeda, motor gede Harley, mobil, hingga wajah tokoh-tokoh Indonesia mampu dia cetak di atas kaleng.
Belakangan dia juga menggarap lukisan emboss beberapa icon kota Jakarta mulai tugu Monas, patung Selamat Datang, tugu Pancoran.
Harga yang dipatok bervariasi tergantung besar dan kerumitan gambar. Lukisan yang dibuat pada selembar kaleng minuman soda berkisar Rp150.000. Lukisan logo Rp750.000.
Karya yang paling mahal adalah lukisan wajah di bahan kaleng dengan ukuran besar, sekitar 50cmx60cm seharga Rp5 juta.
Dalam sebulan, pemilik Sanggar Kalenk ini bisa meraup omzet sedikitnya Rp10 juta rupiah. “Margin labanya lumayan, sekitar 50%-60%,” kata dia.
Menurutnya angka itu masih berpotensi meningkat. Namun saat ini dia terkendala pada pemasaran karena produknya belum terlalu banyak dikenal.
Sebab sering kali orang tidak langsung sadar bahan yang dia gunakan adalah kaleng bekas.
Demi meningkatkan pemasaran, dia giat ikut pameran produk kerajinan untuk memperkenalkan karyanya.
Dari pameran itu pesanan mengalir. Kebanyakan pembelinya masih berasal dari Jakarta, namun ada juga yang dari Bandung, Yogyakarta.
Rata-rata pemesan adalah komunitas atau perusahaan yang meminta dibuatkan logo untuk souvenir.
Pernah juga karyanya dibawa oleh komunitas motor gede yang berkegiatan ke Eropa dan Australia.
Sayangnya, Rosi juga masih belum bisa maksimal dalam meladeni pesanan jumlah besar karena keterbatasan sumber daya manusia.
Saat ini dia hanya dibantu oleh dua karyawan tetap. Jika ada orderan dia mencari tambahan tenaga kerja lepas.
“Karena ini produknya handmade dan basisnya hobby, sehari kami paling bisa produksi 2-3 produk, Jadi kalau mau pesan 50-100 unit ya kita minta waktunya harus panjang, paling tidak sebulan,” ujarnya.
Sebagai bisnis, emboss painting berbahan kaleng bekas itu dianggapnya masih sangat menjanjikan. Apalagi saat ini belum banyak pemain di bidang yang sama.
Namun dia punya pekerjaan rumah tambahan, yakni melakukan edukasi pasar. Salah satu yang dilakukannya adalah menulis di blog sanggarkalenk.blogspot.com.
“Peluangnya besar karena tidak ada pesaingnya. Idenya original kita punya dan masih baru. Tapi ini peluang sekaligus tantangan bagi kita untuk masuk ke pasar,” kata dia.