TEMPO.CO,Bogor: Populasi hewan kerbau yang ada di Indonesia terus mengalami penurunan. Tiap tahunnya, penurunan itu mencapai tiga persen. Jika tidak ada perhatian pemerintah, tidak menutup kemungkinan populasi kerbau di Indonesia terancam punah.
"Dalam kurun 20 tahun kebelakang ini terjadi penurunan jumlah populasi kerbau di Indonesia, diperkirakan sudah mencapai 50 persen," kata Guru Besar Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Dr Cece Sumantri saat Pra Orasi Ilmiah Guru Besar IPB, Kamis, 23 April 2015.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), dari 3 juta ekor kerbau yang ada di Indonesia pada tahun 1995, saat ini jumlahnya tinggal mencapai 1,7 juta ekor. Berarti terjadi penurunan jumlah populasi dalam kurun waktu dua tahun mencapai 50 persen.
"Jika tidak ada upaya lebih dari pemerintah maka mendorong populasi kerbau yang menjadi ternak asli Indonesia ini bisa terus menyusut populasinya bahkan terancam punah dalam beberapa dekade ke depan," kata dia.
Terus menyusutnya jumlah populasi kerbau diakibatkan banyaknya alih fungsi lahan yang awalnya padang rumput atau dataran terbuka menjadi perumahan, "Ditambah lagi tidak adanya ketertarikan masyarakat untuk mengembangkan budidaya dan beternak kerbau, dan lebih memilih memelihara sapi," katanya.
Bahkan, konsumsi daging kerbau di masyarakat Indonesia masih kecil, diperkirakan hanya 1 persen. Padahal daging kerbau memiliki tekstur daging yang lebih nikmat dibanding sapi, "Serat daging kerbau pun lebih besar dibandingkan sapi," kata dia.
Dari segi pemanfaatan susunya, dalam satu kilo keju yang dihasilkan hanya memerlukan susu kerbau sebanyak 3 liter, sementara jika susu sapi untuk membuat satu kilo keju membutuhkan 5 liter, "Tenaga kerbau pun cukup kuat dan dapat dimanfaatkan untuk mengolah dan membajak sawah, " kata dia.
Menurut dia, untuk meningkatkan kwalitas ternak termasuk kerbau agar lebih unggul dapat dilakukan dengan cara pemanfaatan teknologi dan aplikasi Bioteknologi genetika molukuler, sehingga menjadi alternatif untuk perbaikan genetik.
"Penerapan teknologi bisa menjadi cara efektif dalam pengelolaan dan perbaikan genetik, sehingga memiliki kwalitas yang unggul, sesuai dengan permintaan dan kebutuhan masyarakat," kata dia.
M SIDIK PERMANA