TEMPO.CO, New England - Sebuah studi mengungkap bahwa udara tercemar dapat mengubah otak seseorang yang menghirupnya. Akibatnya orang tersebut bisa mengalami gangguan kognitif. Dalam studi yang dipublikasikan Kamis, 23 April 2015, di American Heart Association Journal Stroke itu, peneliti memeriksa 943 orang dewasa sehat yang berusia minimal 60 tahun dan tinggal di wilayah New England.
Para peneliti menggunakan magnetic resonance imaging (MRI) untuk melihat struktur otak para peserta, dan membandingkan gambar-gambar itu dengan tingkat polusi udara di tempat di mana para peserta tinggal. Mereka menemukan bahwa peningkatan 2 mikrogram per meter kubik polusi fine particle terkait dengan penurunan 0,32 persen volume otak. Polusi fine particle adalah jenis umum dari polusi yang berasal dari gas buang mobil.
“Jumlah perubahan volume otak itu setara dengan sekitar satu tahun penuaan otak," kata penulis studi Elissa H. Wilker, seorang peneliti di unit penelitian epidemiologi kardiovaskular di Beth Israel Deaconess Medical Center di Boston.
Secara umum, volume otak yang lebih kecil disebabkan oleh hilangnya neuron yang muncul terkait penuaan. Kenaikan 2 mikrogram per meter kubik polusi fine-particle juga terkait dengan peningkatan 46 persen risiko peserta memiliki "silent stroke", yang dapat dilihat pada scan otak tapi biasanya tidak menyebabkan gejala. Stroke seperti itu telah dikaitkan dengan fungsi kognitif yang lebih buruk dan demensia.
Para peneliti menemukan bahwa orang-orang yang tinggal di daerah dengan tingkat polusi yang lebih tinggi memiliki volume otak yang lebih kecil dan juga lebih berisiko silent stroke dibandingkan dengan orang-orang yang tinggal di daerah di mana udara kurang tercemar. Namun, karena studi ini dilakukan pada satu titik waktu, Wilker mencatat bahwa itu tidak membuktikan ada hubungan sebab-akibat antara polusi udara dan perubahan otak.
Ini adalah studi pertama yang meneliti hubungan antara polusi udara, volume otak dan risiko silent stroke pada populasi orang dewasa yang lebih tua, kata para peneliti. Penelitian sebelumnya telah meneliti hubungan antara polusi udara dan otak pada anak-anak.
Tidak jelas bagaimana polusi udara dapat mengubah otak manusia, kata para peneliti. Mereka menduga bahwa polusi udara dapat menyebabkan peradangan yang meningkat. “Namun para peneliti masih berusaha memahami kaitannya,” kata Wilker. Penelitian sebelumnya telah mengaitkan tanda peradangan dengan volume otak yang lebih kecil.
“Hasil baru ini dapat membantu para peneliti memahami apa yang bisa terjadi di antara polusi udara dan hal serius seperti stroke dan gangguan kognitif," kata Wilker kepada Live Science.
ERWIN Z | LIVESCIENCE