TEMPO.CO, Jakarta -Keluarga terpidana mati asal Filipina, Mary Jane Fiesta Veloso, menyambangi Lembaga Pemasyarakatan Besi, Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah, Sabtu, 25 April 2015. Keluarga Mary Jane yang terdiri dari ayah, ibu, kakak perempuan dan dua anaknya, tiba di Nusakambangan sekitar pukul 9.30 WIB.
“Pertemuannya berlangsung jam 10.00-13.00 WIB,” kata pengacara Marry Jane, Ismail Muhammad, ketika dihubungi Tempo, Sabtu, 25 April 2015.
Selain keluarga dan pengacara, seorang pegawai Kedutaan Filipina dan tiga orang jaksa ikut bertemu dengan Mary Jane. Berkat komunikasi yang baik dengan pihak jaksa, pertemuan yang seharusnya berjalan hanya satu jam bisa diperpanjang hingga tiga jam.
Ismail mengatakan pertemuan Mary Jane dengan keluarga berlangsung haru. Mary Jane sempat beberapa kali menangis.
“Tangis Mary Jane begitu pecah saat berpelukan dengan ayah dan kedua anaknya yang masih berumur 7 dan 5 tahun,” kata dia.
Sayangnya, Ismail tak tahu percakapan antara Mary Jane dengan keluarga. Sebab mereka menggunakan bahasa Tagalok, bahasa Filipina. Selain berbincang, ibunda Mary Jane membawakan sejumlah makanan ringan. Selanjutnya Ismail akan mengajak keluarga Mary Jane bertamu lagi ke Lapas Besi Nusambangan besok.
“Semoga besok jaksa tetap berikan waktu yang banyak untuk keluarga klien kami,” kata dia.
Saat ini, sepuluh terpidana mati sudah dikumpulkan jaksa eksekutor di Nusakambangan. Mereka adalah Martin Anderson (Nigeria), Raheem Agbajee Salame (Nigeria), Okwudili Oyatanze (Nigeria), Sylvester Obiekwe Nwolise (Nigeria), Rodrigo Gularte (Brazil), Mary Jane Fiesta Veloso (Filipina), Andrew Chan (Australia), Myuran Sukumaran (Australia), Serge Areski Atlaoi (Prancis), dan Zainal Abidin (Indonesia).
INDRA WIJAYA