TEMPO.CO, Jakarta - Letaknya memang nyempil. Bukan di jalur utama Kemang--area gaul anak muda Jakarta--melainkan di sebuah jalan kecil yang cuma muat dua mobil, sekitar 200 meter dari Jalan Kemang Raya. Untuk menemukan lokasinya, kita mesti fokus mengamati kanan-kiri jalan agar tak luput dari pandangan. Goni Coffee, yang beralamat di Jalan Kemang Selatan I Nomor 20, Jakarta Selatan, bukan tempat yang “haus perhatian”.
Bagaimana tidak. Sudah letaknya jauh dari keramaian, Goni Coffee juga tak punya papan nama besar yang bisa mengabarkan keberadaannya. Ukuran kafe yang baru dibuka November tahun lalu ini pun sangat mungil: tak lebih dari 4 x 4 meter ditambah teras, atau sama besar dengan toko-toko kembang yang ada di sebelahnya. Kita baru akan menyadari tempat ini sebuah kedai kopi jika melihat tulisan samar-samar di dinding kaca depannya: “Goni Coffee, Finely Crafted Coffee”.
Kendati mungil begini, mereka tak pernah sepi pengunjung. Ada saja orang datang dan pesan kopi di sini, entah untuk diminum di tempat ataupun dibawa pulang. Menariknya, hampir semua pengunjung terlihat akrab dengan Desi, pegawai Goni Coffee, ataupun dengan Romi si bartender. Ada saja yang mereka obrolkan, entah soal menu, rasa kopi, ataupun pekerjaan. “Karena tempatnya kecil, suasana di Goni Coffee memang jadi lebih intim, termasuk antara pegawai tempat ini dan pengunjung. Jadi, enggak heran kalau kami kenal banget pengunjung setia,” kata Argam Syar’i, pemilik Goni Coffee, kepada Tempo di lokasi, tiga hari yang lalu.
Argam dan Fauzan Umar Ambadar, bos lain Goni Coffee, memang sengaja membikin kedai kopi mungil yang jauh dari keramaian kota. Selain agar suasananya lebih cair dan akrab, keduanya punya sejarah manis sebagai bartender di Sydney. Di Negeri Kanguru, kedai kopi kebanyakan berukuran mini. Ini berarti, bisik-bisik Anda dengan kawan segeng bakal terdengar jelas oleh kuping orang di meja sebelah.
Begitu melangkah masuk ke kafe ini, tebersit kebersahajaan Cafe Sabang 16 di Jalan Haji Agus Salim, Jakarta Pusat; dan Wisang Kopi di Mampang. Interior Goni sederhana. Meski namanya membuat kita terbayang karung, tak ada penampakan karung goni tersebut di sekujur ruangan. Perabot kebanyakan berbahan kayu cokelat muda dengan bentuk minimalis. Usut punya usut, Fauzan dan Argam memang ogah menjadikan goni sebagai ornamen belaka. “Kami enggak mau goni jadi penghias, tapi jadi sesuatu yang menyimbolkan lokalitas, kealamian, dan kesederhanaan,” ujar Argam.
ISMA SAVITRI | HP