TEMPO.CO , Makassar: Sepi adalah lagu pembuka yang menghidupkan panggung di halaman belakang Rumah Budaya Rumata, Ahad sore lalu, 19 April 2015. Lagu ini berasal dari album pertama Melismatis, Finding Moon. Dalam acara Bunyi-bunyi Perhalaman edisi #8 ini, Melismatis tak sekadar bermain musik, tapi juga bercerita tentang ide dan konsep musik mereka.
Berikutnya, mereka menyanyikan lagu yang bakal menghuni album kedua band ini. Rencananya diluncurkan akhir tahun ini. Ada Hawa Biru, Bahkan Langit Pun Tersanggah, dan Tirani.
Melodi gitar, petikan bas, serta hentakan drum langsung disambut dengan bunyi perangkat musik elektronik synthesizer yang dimainkan Arif Fitrawan (keyboard). Saat semuanya bermain, telinga agak sulit menentukan sumber suara. Suara yang mereka ciptakan saling berpadu. Bunyi yang keras namun punya sisi kalem.
Melismatis punya kecenderungan irit lirik. Seperti saat membawakan Semesta. Awalnya masing-masing tenggelam dengan alat musiknya. Termasuk Ardhyanta Sampetoding, vokalis, yang memainkan shaker. Lalu, tiba-tiba, dia bernyanyi dengan nada tinggi dan nge-rock. “Kekal/kau kan bersua/kekal/kau kan menerang...” Terkadang, sulit untuk menebak petikan lirik yang dinyanyikan Dede—sapaan akrab Ardhyanta.
“Saat bermain, ada atmosfer yang terbangun,” kata Dede. Perasaan yang muncul saat itu keluar begitu saja. Seperti bagian saat Dede berteriak atau bernyanyi biasa. Mereka tak membatasi aksi panggung.