TEMPO.CO, Kathmandu - Pejabat Nepal mengumumkan bahwa korban tewas akibat gempa yang menghantam negara tersebut kini telah mencapai lebih dari 2.000 orang. Korban tersebut termasuk juga di wilayah negara tetangga.
Juru bicara kepolisian nasional, Kamal Singh Ban, mengatakan jumlah korban meninggal di Nepal telah meningkat menjadi 1.953. Sedangkan pejabat di India menuturkan korban di negaranya yang terkena imbas mencapai 53 orang. Sementara itu, media pemerintah Cina menyatakan 17 orang telah tewas di Tibet.
Tim penyelamat dilaporkan bekerja dengan alat seadanya. Bahkan mereka menggunakan tangan kosong dalam mencari korban yang tertimbun reruntuhan.
Perwira Angkatan Darat Nepal Santosh dan sekelompok penyelamat bekerja sepanjang malam untuk membuka sebuah bagian dalam sebuah bangunan runtuh di Ibu Kota Kathmandu. Mereka harus menggunakan linggis karena buldoser tidak bisa melalui jalan-jalan sempit kota kuno ini.
"Kami percaya masih ada orang yang terjebak di dalam," ucapnya kepada media, seperti dilansir Straits Times pada Minggu, 26 April 2015, sambil menunjuk puing-puing bangunan perumahan bertingkat tiga.
Sementara itu, di puncak tertinggi dunia, Everest, dilaporkan ada mayat 17 pendaki berhasil dievakuasi pada Minggu siang waktu setempat setelah melalui upaya keras menghadapi cuaca buruk. Sementara itu, ratusan lainnya, dengan banyak di antaranya mengalami luka-luka, masih terdampar di gunung.
Pemerintah Nepal kewalahan oleh bencana dahsyat tersebut dan sangat membutuhkan bantuan dari luar. Sejauh ini, baru India yang memasok kru medis dan tenaga sukarelawan, sementara Cina melaporkan telah menerbangkan 60 penyelamatnya.
Di antara bangunan di Ibu Kota yang hancur, terdapat menara setinggi 60 meter, Dharahara Tower, yang bersejarah. Dharahara Tower dibangun pada 1832 untuk Ratu Nepal, dengan balkon yang disediakan untuk melihat keseluruhan kota. Menara tersebut terbuka untuk pengunjung selama sepuluh tahun terakhir.
STRAITS TIMES | YON DEMA