TEMPO.CO, Cilacap - Warga Cilacap memang biasa mendatangi dermaga penyeberangan di akhir pekan. Selain untuk mengajak anak jalan-jalan, warga setempat kerap kali menghabiskan waktu untuk memancing.
Namun pada hari biasa jumlah pengunjung masih bisa dihitung dengan jari. Berbeda dengan sore ini, Minggu, 26 April 2015. Orang berduyun-duyun datang ke dermaga penyeberangan Wijayapura. Pemberitaan rencana eksekusi terpidana mati di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah, menyedot antusiame warga.
Warga Cilacap, Suti Sairun, 60 tahun, mengatakan penasaran setelah melihat tayangan di televisi. "Ini kok ramai. Di TV mau ada eksekusi," kata Suti kepada Tempo. Suti datang bersama adik, anak, dan dua cucunya.
Rasa penasaran juga menyelimuti benak Subando, 49 tahun. Subando datang untuk memuaskan rasa penasarannya. Kepada Tempo, Subando mengatakan mendukung rencana eksekusi terpidana mati kasus narkoba tersebut. "Lebih cepat lebih bagus. Itu kan merusak generasi," kata Subando.
Selain membeludaknya pengunjung, rencana eksekusi tersebut berimbas pada naiknya harga ikan laut. "Sekarang sekilo Rp 15 ribu, sebelumnya cuma Rp 9 ribu. Itu ikan yang biasa. Ikan yang enak harganya sampai Rp 30 ribu," kata Subando.
Naiknya harga ikan tersebut, menurut Subando, akibat pembatasan jangkauan melaut nelayan. Sejak dua bulan lalu nelayan tidak diizinkan melewati batas yang dibuat petugas di sekitar Nusakambangan.
Sebelumnya, kuasa hukum terpidana mati asal Nigeria Raheem Agbaje Salami, Utomo Karim, telah memastikan eksekusi mati terpidana mati gelombang kedua bakal dilaksanakan Selasa pekan depan. Menurut dia, para terpidana sudah menerima pemberitahuan pelaksanaan hukuman.
VENANTIA MELINDA