TEMPO.CO, Jakarta - Sidang lanjutan Sutan Bhatoegana di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi berlangsung panas. Sidang dengan agenda pembacaan putusan sela itu diwarnai adu bentak antara Sutan Bhatoegana; kuasa hukumnya, Eggi Sudjana; dan ketua majelis hakim Artha Theresia.
Awalnya, sidang berlangsung lancar saat Artha membacakam putusan hakim atas dakwaan jaksa dan keberatan yang diajukan Sutan. "Memutuskan menolak seluruhnya keberatan terdakwa dan kuasa hukum, dan memerintahkan penuntut umum melanjutkan perkara," kata Artha membacakan putusan sela, Senin, 27 April 2015.
Artha lantas memberikan kesempatan kepada Eggi dan Sutan untuk menanggapi. Di sinilah sidang memanas. Eggi menyatakan akan banding atas putusan hakim. "Hakim telah khilaf, hanya meng-copy paste yang dibuat KPK tanpa mempertimbangkan kami sebagai advokat," ujar Eggi. (Baca: Hakim Artha: Behel Tak Bikin Sutan Bhatoegana Meninggal)
Eggi masih membeberkan alasan keberatannya, bahkan mengatakan, "Tak usah sinetron sidang." Hakim Artha memotong Eggi dan memintanya menyampaikan keberatan secara tertulis. Demi kepentingan klien, kata dia, sebaiknya dituangkan tertulis dalam memori banding.
Mendengar ucapan hakim, Eggi lantas meninggikan suaranya. “Ditulis atau diucapkan itu urusan kami,” ujarnya. “Tak ada larangan untuk saya ngomong.” Eggi bahkan mengancam tak mau lagi mendampingi Sutan sebagai kuasa hukum bila keberatannya terus ditolak.
Artha terlihat berusaha menahan emosi dan masih membalas dengan tenang agar Eggi melanjutkan omongannya. Saat Artha bicara, Eggi bersandar pada kursi dan melipat kedua tangannya di belakang kepala. Artha lantas memberi kesempatan kepada Sutan untuk menanggapi. (Baca: Bentak Hakim, Eggi Sudjana: Kami Hanya Takut Tuhan)
Sebelum Sutan bicara, Artha menyatakan, "Agar kita tetap jalan di hukum acara, masalah Anda akan didampingi siapa, masih bisa dibicarakan." Namun Sutan—politikus Partai Demokrat—berusaha memotong perkataan Artha yang membuat si hakim berkata tegas, "Dengarkan saya dulu!"
Emosi Sutan tak terbendung. Dia langsung membentak hakim secara bertubi-tubi. "Jangan mentang-mentang, Ibu! Ibu kira saya takut!" bentak Sutan, yang membuat ruang sidang langsung hening.
Artha berusaha memotong Sutan tapi hujan teriakan terus membahana. Mengendalikan emosinya, hakim Artha akhirnya memilih mengalah. "Ini terakhir kali kita bicara dengan suara tinggi. Janji, ya. Tunjukkan Saudara orang terpelajar."
Sutan yang terkenal dengan ucapan “ngeri-ngeri sedap” ini langsung melunak. "Mohon maafkan suara tinggi, di mana-mana saya tiba-tiba begitu."
MOYANG KASIH DEWI MERDEKA