TEMPO.CO, Jakarta - Direktur PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) Nasri Sebayang mengatakan PLN tak kapok melihat kualitas pembangkit listrik garapan Cina. Nasri mengklaim PLN sudah banyak belajar lewat Fast Track Program I. “Bukan kapok atau tak kapok, tapi kami sudah banyak belajar,” kata Nasri saat dihubungi, Senin, 27 April 2015.
Menurut Nasri, PLN tak mengenal teknologi pembangkit Cina dalam Fast Track Program I berkapasitas 10 ribu megawatt. Kondisi itu menyebabkan PLN kesulitan mengelola pembangkit listrik garapan Cina.
Selain itu, kata Nasri, PLN sudah memperketat persyaratan penggarapan proyek-proyek pembangkit listrik non-independent power producer (non-IPP) oleh kontraktor Cina dengan pembiayaan dari Cina pula. Pengetatan itu sudah dilakukan dalam proyek pembangkit listrik Takalar, Pangkalan Susu, dan Parit Baru yang sedang dibangun dan diperkirakan selesai pada 2017. “Tapi saya belum tahu mereka mau investasi di IPP atau non-IPP,” kata Nasri.
Pembangkit listrik Cina, kata Nasri, relatif tak bermasalah dalam proyek-proyek yang berskema IPP. Banyak pembangkit listrik Cina dengan skema IPP alias yang digarap kontraktor Cina melalui lelang PLN berkualitas bagus. Salah satunya pembangkit listrik Simpang Belimbing, yang dengan kapasitas 2 x 125 megawatt sudah bisa mencapai reliabilitas penuh dalam tahun pertama pengoperasiannya.
“Kami belum tahu isi kesepakatan kedua pemerintah. Tapi kalau Cina mau ikut yang IPP, silakan ikut lelang. Kami yang memilih, kami yang menentukan kontraktornya,” kata Nasri.
Dalam pertemuan bilateral antara Presiden Jokowi dan Presiden Cina Xi Jinping di sela Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika di Jakarta Convention Centre, Jakarta, Rabu pekan lalu, keduanya membahas rencana Cina untuk terlibat dalam proyek-proyek infrastruktur di Indonesia. Dikutip dari situs Sekretariat Kabinet, Jokowi ingin memastikan Cina bisa terlibat salah satunya dalam pembangunan pembangkit listrik berkapasitas 35 ribu megawatt dengan porsi 10 ribu megawatt.
Sejak 2006, Cina sudah menggarap 32 pembangkit listrik berkapasitas 10 ribu megawatt di Indonesia dengan skema pinjaman. Pembangkit-pembangkit itu digarap oleh para kontraktor Cina dengan skema non-IPP tau tak melalui lelang di PLN. Namun banyak di antara pembangkit itu yang rusak dan reliabilitas pembangkitnya cuma 60-65 persen. Menurut Nasri, jika Cina akan berinvestasi lagi di pembangkit non-IPP, pembangkit-pembangkit itu harus sudah bisa beroperasi penuh pada tahun pertama pengoperasian.
KHAIRUL ANAM