TEMPO.CO, Sanaa - Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) telah menyatakan kehadirannya resmi di wilayah yang dilanda perang Yaman. Sebuah video jihadis yang diunggah online, menunjukkan milisi ISIS mengancam untuk "memotong tenggorokan" pemberontak Syiah Houthi.
Seperti kebanyakan video ISIS lainnya, klip berdurasi 9 menit tersebut diambil dan diedit secara profesional dengan sistem pengukuran CGs dan menampilkan latar suara yang menarik.
Video tersebut menampilkan sekitar dua lusin militan ISIS dalam pelatihan dengan peralatan militer penuh di daerah gurun, yang diklaim berada di dekat ibu kota Yaman, Sanaa.
Para ekstremis Islam radikal yang memegang AK-47, senapan mesin berat dan RPG kemudian menembakkan peluru dari beberapa senjata mereka.
Setelah itu, komandan kelompok dengan memegang bendera hitam ISIS berdiri di tengah sambil mengucapkan "tentara Khilafah" telah tiba di Yaman untuk "memotong tenggorokan" pejuang Syiah Houthi.
"Kami datang ke Yaman, dengan dahaga luar biasa untuk segera meminum darah Anda demi membalas dendam saudara Sunni kami dan mengambil kembali tanah mereka telah diduduki," kata komandan ISIS dalam sebuah video, seperti yang dilaporkan RT News pada Sabtu, 25 April 2015.
Dia kemudian berbicara semua orang Sunni berbadan sehat di Yaman untuk bergabung dengannya pada pertempuran melawan Houthi.
Video ini diunggah online pada Jumat, sehari setelah sebuah pengakuan dari ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan mematikan pada pemberontak Syiah. Pada Rabu, lima anggota milisi Houthi tewas dalam pemboman mobil di Provinsi Ibb di pusat Yaman.
Ini menjadi serangan kedua diklaim oleh ISIS di negara itu setelah 142 orang tewas dan 350 luka-luka lain dalam serangkaian bom bunuh diri di masjid Syiah di Sanaa pada 20 Maret lalu.
Sunni ISIS dan Al-Qaeda, yang secara tradisional kelompok jihad yang dominan di Yaman, melihat Houthi Syiah sebagai musuh bersama.
Arab Saudi dan sekutu Arab Sunni telah membombardir pemberontak Syiah sejak 25 Maret. dengan lebih dari 550 warga sipil telah tewas sejak awal serangan udara, menurut estimasi PBB.
RT NEWS|YON DEMA