TEMPO.CO, Jakarta - Lebih dari 3.400 orang dikabarkan menjadi korban gempa bumi dan longsor di Nepal. Ribuan lainnya harus dibawa ke rumah sakit dan klinik terdekat menyusul luka-luka akibat bencana hebat di negara itu. Para dokter di Nepal seperti dilansir Reuters, menuturkan membutuhkan lebih dari seribu tempat tidur untuk merawat pasien yang datang dibawa dengan ambulans atau taksi.
"Gempa bumi telah menghancurkan infrastruktur rumah sakit terbaik Nepal," kata Sarvendra Moongla, salah satu dokter bedah senior di Pusat Trauma Rumah Sakit Bir, seperti dikutip Reuters, Senin, 27 April 2015. "Padahal seharusnya, dengan rumah sakit yang ada, kami bisa melayani ribuan orang lebih cepat."
Banyak korban luka di Kathmandu dirujuk ke rumah sakit yang baru dibuka Februari tahun ini dan berkapasitas 200 tempat tidur.
Anak-anak yang terluka terbaring di lantai rumah sakit dan ratusan pasien lainnya berada di tenda di luar rumah sakit, sementara keluarganya berusaha mencarikan air dan makanan.
Banyak pasien yang dirawat lebih dulu dikeluarkan lebih awal karena rumah sakit butuh tempat untuk korban luka.
Di luar Sekolah Kedokteran Kathmandu, sekitar setengah jam perjalanan dengan mobil dari Rumah Sakit Bir, Khile Sherpa, 20 tahun, menunggu untuk mendapat perawatan. Setengah wajahnya tertutup perban.
Sherpa mengatakan dirinya dievakuasi dari pendakian Gunung Everest, yang saat longsor menewaskan 17 orang. Gempa berkekuatan 7,7 skala Richter menunjukkan fasilitas medis Nepal yang kurang baik.
Menurut laporan World Health Organization tahun 2011, negara berpenduduk 28 juta orang ini hanya memiliki 2,1 dokter dan 50 tempat tidur rumah sakit untuk setiap 10 ribu orang. Gempa yang melanda Nepal Sabtu siang waktu setempat menewaskan lebih 3.400 orang dan melukai lebih dari 5.400.
Korban diperkirakan akan bertambah karena masih ada orang yang terjebak di reruntuhan baik di ibu kota Kathmandu maupun area terisolasi dan puncak gunung.
AW | REUTERS