TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu sedang mengevaluasi kebijakan pembelian alat utama sistem persenjataan bekas dari negara lain. Evaluasi tersebut dilakukan setelah terbakarnya satu unit pesawat tempur F-16 blok 25 hibah Amerika Serikat di landasan pacu Bandar Udara Halim Perdanakusuma.
"Memang pesawat F-16 bekas (hibah Amerika Serikat) lebih bagus dari pesawat sejenis yang dimiliki TNI AU. Tetapi kami akan pikirkan ulang," kata Ryamizard di Jakarta, Selasa, 28 April 2015.
Pemerintah menerima hibah 24 unit pesawat F-16 blok 25 dari Amerika Serikat. Dalam kontrak hibah, pemerintah membayar duit sekitar US$ 600 juta sebagai biaya perbaikan komponen dan peningkatan kemampuan tempur. Padahal awalnya pemerintah hendak menggunakan dana tersebut untuk membeli enam unit F-16 blok 52 terbaru dari Amerika Serikat.
Alhasil, Ryamizard berjanji tak akan tertarik pada kuantitas alutsista yang dibeli. Mantan Kepala Staf Angkatan Darat itu lebih memilih membeli alutsista dalam jumlah sedikit tapi memiliki kualitas yang tinggi. Meski begitu, Ryamizard mengatakan pemerintah tak akan menolak hibah alutsista dari negara lain. "Kalau dikasih tulus dari negara lain, ya, kami akan terima dengan terima kasih," ujar Ryamizard.
Pesawat F-16 Fighting Falcon blok 25 gagal terbang di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis, 16 April 2015. Pesawat bernomor penerbangan TS-1643 milik TNI Angkatan Udara itu mengalami kendala mesin saat hendak takeoff sekitar pukul 08.00. Pilot Letnan Kolonel Penerbangan Firman Dwi Cahyono selamat dalam kejadian tersebut. Dia saat itu hendak latihan untuk pengamanan udara dalam persiapan Peringatan 60 Tahun Konferensi Asia-Afrika 19-24 April 2015.
INDRA WIJAYA