TEMPO.CO , Surabaya: Kelainan Atresia bilier tak hanya dialami bayi tujuh bulan Safiyah Nailah asal Mojokerto, Jawa Timur. Pada 2010 ada Bilqis Anindya Passa, bayi 19 bulan yang akhirnya meninggal sebelum sempat menjalani operasi cangkok hati. Kisah Bilqis dari Jakarta menyedot perhatian luas melalui penggalangan dana Koin Cinta Bilqis.
Pada tahun yang sama, RSUD dr Soetomo, Surabaya, juga memiliki dua pasien atresia bilier yakni Yusuf Nur Rama Dani (7 bulan) asal Surabaya dan Ramdhan Aldil Saputra (3,5 tahun) asal Trenggalek. Mereka sama semua, yakni dihadapkan pada pilihan transplantasi hati.
Jika kondisinya memungkinkan, ada sebagian pasien yang bisa bertahan hidup dengan bantuan operasi kasai. Tindak operasi ini bertujuan membuat sambungan dari hati ke usus halus agar cairan empedu langsung terbuang.
“Tapi itu bergantung pada kondisi pasien, skill dari dokter bedah yang mengoperasi, dan kondisi hati si pasien," kata Bagus Setyoboedi, dokter subspesialis gastrohepatology anak yang kini ikut menangani Safiyah di RS dr Soetomo. Tapi, Bagus menambahkan, "Jika sudah mengalami sirosis hati, akan semakin sulit.”
Solusi transplantasi hati pun menjadi satu-satunya pilihan. Itupun, kata Bagus, masih mengandung konsekuensi yang panjang. Pasien atresia bilier yang telah menjalani operasi cangkok hati akan menghadapi serangkaian risiko infeksi, membutuhkan pengawasan penuh dalam menggunakan obat-obatan, hingga reaksi penolakan tubuh terhadap hati barunya. “Cangkok hati bukan berarti semua selesai. Banyak yang harus dipantau,” kata Bagus, Selasa 28 April 2015.
Dia mengisahkan, risiko itu juga dihadapi Ramdhan. Dirawat sejak berusia 7 bulan, bocah itu menjalani operasi cangkok hati pada Sabtu 24 April 2010 selama 14 jam. Donor hati ialah ibu kandungnya sendiri, Sulistyowati.
Operasi pada sang ibu tanpa ada masalah pembuluh darah. Tapi kondisi Ramdhan naik turun, hingga harus dioperasi sebanyak tujuh kali pada bagian otak karena mengalami perdarahan. “Proses penyakit atresia bilier ini ialah imunologis. Ramdhan meninggal karena infeksi,” kata Bagus mengenang.
Meski begitu, tim dokter RSUD Dr Soetomo menyatakan kasus Ramdhan memberikan pelajaran berharga terhadap penanganan pasien atresia bilier ke depan. Sebab, Ramdhan tergolong pasien yang paling lama bertahan hidup dibandingkan bocah lainnya dengan kasus serupa. “Menjaganya tetap bertahan sejak usia tujuh bulan, dioperasi kasai, hingga menjalani operasi cangkok hati bukan hal yang mudah,” ujarnya.
ARTIKA RACHMI FARMITA