TEMPO.CO, Jakarta - Mary Jane Veloso lolos dari regu tembak pada Rabu dinihari, 29 April 2015. Air mata perempuan asal Filipina yang menjadi terpidana mati kasus narkoba itu pun mengalir. Kabar dia masih bisa hidup itu diterima pada menit-menit akhir menjelang pergantian hari.
Selasa, 28 April 2015, pukul 23.30 WIB, Mary Jane menunggu di ruang isolasi ketika satu per satu terpidana mati dipanggil menghadap regu tembak. Mereka akan dibawa berbarengan dengan masing-masing ambulans ke Lapangan Limus Buntu, Nusakambangan, Cilacap. Nama Mary Jane Veloso dipanggil paling akhir.
Ketika menunggu namanya dipanggil, dia ditemani Romo Bernhad Kiesser yang menjadi pendamping rohaninya sejak mendekam di Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan, Sleman, Yogyakarta. Ketika nama-nama terpidana mati dipanggil, ibu dua anak ini sudah berdiri tegap. Pandangan matanya, seperti dilukiskan Romo Kiesser kepada Uskup Agung Ignatius Suharyo, menatap tajam ke arah pintu.
Bergerak ke luar dari ruang isolasi, langkah Mary Jane terhenti. Seorang sipir menghampirinya. Lelaki yang menolak disebutkan namanya itu membisikkan kabar “mukjizat” untuk Mary Jane. "Eksekusi Anda ditunda," ucap Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Suharyo menirukan cerita Romo Kiesser. Romo Kiesser mendapat kisah itu langsung dari Mary Jane. Uskup Suharyo menuturkan itu kepada Tempo setelah memimpin misa arwah untuk terpidana mati, Rabu, 29 April 2015, di Rumah Duka Carolus, Salemba.
Mary Jane terguguk. Kegembiraan pecah. Sejumlah sipir lain yang menyaksikan kabar penundaan eksekusi Mary Jane, seperti dituturkan seorang petugas lain kepada Tempo, bertepuk tangan dan menyalami Mary Jane. "Sipir-sipir itu tahu betul kebaikan hati Mary Jane selama di tahanan" tutur Uskup Suharyo.
Tangis Mary Jane pecah. Di luar, kurang-lebih 2 kilometer dari Mary Jane berdiri, Romo Carolus bersama sejumlah rohaniwan menemani delapan terpidana di tiang eksekusi. Tiang untuk Mary Jane kosong.
Tepat pukul 00.35 WIB, setelah para rohaniwan diminta menyingkir dari lokasi, terdengar suara letusan senjata. Satu jam kemudian, Romo mendapati para terpidana sudah terbaring dalam peti mati.
Menurut Uskup Suharyo, Mary Jane, seperti diceritakan Romo Kieser kepadanya, menunjukkan kematangan sebagai seorang pribadi. Ibu dua anak ini pernah berpasrah untuk rela menghadapi eksekusi tersebut kendati tak bersalah.
Seperti diketahui, Mary Jane urung ditembak mati karena Maria Kristina Sergio, yang mengaku sebagai perekrut Mary Jane, menyerahkan diri secara sukarela. Proses pengadilan Maria bisa menjadi bukti baru atau novum yang bakal mengkonfirmasi dugaan Mary Jane ialah korban perdagangan manusia, bukan kurir narkoba.
Kini Mary Jane telah pulang ke LP Wirogunan, Sleman. Detik-detik penundaan eksekusinya disambut sukacita oleh semua warga Filipina. Kabarnya, petinju asal Filipina, Manny Pacquiao, bakal menyambangi Mary Jane di Sleman untuk memberi dukungan.
RAYMUNDUS RIKANG
VIDEO TERKAIT: