TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Kementerian Kelautan Perikanan, Saut Hutagalung, mengatakan Indonesia mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor ikan ke pasar Eropa. Peluang ekspor ke benua biru semakin besar, kata dia, setelah Indonesia menunjukan keseriusan dalam memberantas illegal fishing.
"Eropa mengalihkan permintaan ikan mereka dari Thailand ke Indonesia," kata Saut di kantornya, Kamis, 30 April 2015.
Kasus dugaan perbudakan pada kapal milik PT Pusaka Benjina Resources membuat Thailand yang selama ini menjadi pemasok hasil laut ke negara barat diberi kartu kuning oleh Uni Eropa. "Ini bisa kita manfaatkan, karena mereka sekarang mengalihkan perhatian ke Indonesia."
Menurut Saut, negara-negara Eropa mengapresiasi langkah-langkah yang Indonesia lakukan menyangkut humaniter. Hal ini membuat permintaan produk naik tajam.
Beberapa negara melirik Indonesia untuk memasok kebutuhan produk perikanan, yakni Amerika Serikat, Spanyol, Italia, Inggris, Jepang, dan Cina. "Walaupun perekonomian AS dan Eropa sedang lesu, permintaan untuk jenis produk perikanan tertentu tetap besar, seperti marline fish dan mecca."
Baca Juga:
Salah satu langkah yang dilakukan pemerintah untuk membuka pasar ke Eropa ialah dengan berpartisipasi dalam the 5th European Tuna Conference dan dan Seafood Expo Global di Brussel, Belgia. "Dengan pameran ini kita bisa meningkatkan ekspor ikan kita ke Uni Eropa, karena selama ini permintaan ekspor kita lebih banyak dari AS dan Jepang," ujarnya.
Menurut Saut, potensi transaksi bisnis secara intensif dengan existing buyer dan new buyer di pameran ini mencapai hingga US$ 50 juta (Rp 648,25 miliar) pada tiga bulan pertama setelah pameran. Produk utama yang diminati antara lain tuna, udang, snapper, grouper, dan gurita.
Komoditas hasil laut ini, menurut dia, menjadi peluang bisnis yang potensial buat pasar Eropa.
PRAGA UTAMA