TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan mengenal sepupunya, Novel Baswedan, sebagai orang yang berani. Hal itu sudah dilihatnya sejak kecil.
"Saya kenal dia sebagai sosok yang lurus dan berani," katanya setelah menjadi inspektur upacara dalam perayaan Hari Pendidikan Nasional di halaman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2 Mei 2015.
Anies mengatakan sudah mengenal Novel sejak kecil. Ia pun mengaku telah berkomunikasi dengan seluruh keluarga besar tentang kasus yang sedang dihadapi Novel saat ini.
Mantan Rektor Universitas Paramadina ini menganggap kasus yang dihadapi Novel Baswedan saat ini bukan hal yang luar biasa. "Dalam perjuangan itu pasti menghadapi tantangan seperti ini," ujarnya.
Tim dari Badan Reserse Kriminal Polri menjemput Novel Baswedan dari rumahnya di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara, Jumat dinihari, 1 Mei 2015. Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi itu saat ini berstatus tersangka kasus dugaan penganiayaan.
Kasus Novel bermula saat ia menjabat sebagai Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Kota Bengkulu pada 2004. Novel masih berpangkat inspektur satu ketika diduga menembak pencuri sarang walet. Kasus itu pun telah diproses kepolisian setempat.
Namun kasus ini kembali diperkarakan pihak kepolisian pada tahun 2012.Novel sempat hendak dibawa polisi saat berada di gedung KPK, tapi batal. Upaya penangkapan Novel itu dikaitkan dengan penetapan Inspektur Djoko Susilo sebagai tersangka kasus simulator SIM. Saat itu banyak pihak menganggap Novel, yang merupakan penyidik kasus tersebut, dikriminalkan oleh Polri.
Kasus Novel kembali mencuat menyusul kriminalisasi terhadap pimpinan KPK dan sejumlah penyidik lainnya. Beberapa pihak mengaitkan hal ini dengan langkah KPK menetapkan petinggi Polri sebagai tersangka. KPK menetapkan Komisaris Jenderal Budi Gunawan, yang digadang-gadang menjadi calon Kepala Polri, sebagai tersangka kasus dugaan penerimaan hadiah atau janji terkait dengan jabatannya.
MITRA TARIGAN