TEMPO.CO, Jakarta - Keikutsertaan Indonesia dalam pameran The 117th China Import and Export Fair atau Canton Fair 2015 di Guangzhou, Cina, beberapa waktu lalu mengantongi potensi pembelian sebesar US$ 2,4 juta. "Estimasi total potensi order Paviliun Indonesia seluruhnya mencapai US$ 2,4 juta. Potensi ini justru datang dari luar Cina, seperti Amerika Selatan, Timur Tengah, dan Afrika," kata Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Nus Nuzulia Ishak dalam siaran pers Kementerian Perdagangan baru-baru ini.
Salah satu potensi yang terbuka antara lain adalah produk instalasi pemasangan pendingin ruangan (PIR Ducting Air Conditioner) yang diminati oleh beberapa negara seperti Australia, Thailand, Vietnam, Myanmar, dan Singapura. "Perusahaan pendingin ruangan dari Australia berniat menjadi agen dengan minimal order 20 kontainer produk Ducting AC selama setahun. Ini bukti bahwa kita mampu bersaing dengan Cina," kata Nus.
Menurut Nus, produk lain yang juga banyak diminati adalah ragam jenis lampu (LED, electrical lamp, fluorescent lamp), produk coating untuk produk berbahan dasar kayu, serta flooring dan panel berbahan kayu dan batok kelapa.
Canton Fair merupakan pameran produk ekspor-impor terbesar di Cina yang diadakan sejak 1957 dan menjadi salah satu tujuan utama bagi pembeli internasional yang berasal dari berbagai negara. Kurang lebih 80.000 pengunjung memadati pameran ini.
Paviliun Indonesia bertemakan "Trade with Remarkable Indonesia" di Canton Fair 2015 menempati lahan seluas 72 meter persegi dan memfasilitasi sembilan perusahaan dalam negeri. Partisipasi Indonesia dalam Canton Fair ini dilaksanakan sebagai salah satu langkah meraih target ekspor 2019, khususnya untuk sektor elektronik ke dunia, yang sebesar US$ 64,2 miliar, dimana pada Januari 2015 ekspornya hanya sebesar US$ 742,9 juta dan menurun 8,55 persen secara nilai dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Ekspor produk elektronik ke Cina ditargetkan mencapai US$ 2,2 miliar, dimana pada 2014 lalu ekspor produk elektronik Indonesia ke sana hanya US$ 361,6 juta dan pada Januari 2015 sebesar US$ 26,6 juta atau meningkat 0,86 persen.
ANTARA