TEMPO.CO, Baghdad - Pasukan pemerintah Irak telah merebut kembali Kota Tikrit dari tangan milisi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) sejak awal April lalu. Namun, sudah sebulan Kota Tikrit kembali ke tangan pemerintah Irak, belum ada warga kota itu yang mau kembali dari pengungsian. Tikrit kini sepi seperti kota 'hantu'.
Abu Mustafa, salah seorang warga Tikrit yang mengungsi ke kota lain, mengatakan dia dan keluarganya belum mau kembali karena mengkhawatirkan serangan dari milisi Syiah. Kota Tikrit kini dijaga oleh milisi Syiah, yang rutin melakukan patroli. Namun warga mendengar kabar bahwa penjarahan dan kekerasan sering terjadi di kota ini dan menganggap Syiah sebagai simpatisan kelompok ISIS.
Pengusaha beraliran Sunni itu telah mengungsi ke dekat rumah kerabatnya setelah kekerasan meluas di Tikrit. "Kami optimistis melihat keterlibatan milisi Syiah dalam pertempuran demi Tikrit, tapi terkejut setelah mendengar kabar tentang kejahatan yang mereka lakukan. Saya ragu keluarga saya akan aman jika kembali ke kota itu," kata Abu Mustafa, yang meminta namanya disamarkan, seperti dilansir Fox News, Senin, 4 Mei 2015. Dia bersama sepuluh anggota keluarganya mengungsi ke apartemen sewaan di utara Kota Sulaimaniyah sejak awal Maret lalu.
Rasa takut juga diungkapkan Abu Badr, yang telah mengungsi ke wilayah Irbil. Ia tak berani kembali ke Tikrit setelah melihat video penjarahan dan pembakaran rumah yang beredar di media sosial. Agar bisa mengungsi dan membayar sewa tempat tinggal, ia menjual perhiasan istrinya sedikit demi sedikit.
"Kami tidak mempercayai pasukan keamanan Irak dan kami tidak yakin mereka dapat melindungi kami jika ISIS menyerang kota lagi," katanya.|
Adapun komandan milisi Syiah membantah tudingan tersebut dan meminta warga Sunni Tikrit kembali kota itu. Namun, dari ratusan diri yang melarikan diri, hanya sebagian kecil yang telah kembali. Hal ini membuat pemerintah kesulitan mengembalikan kehidupan normal dan menjembatani kesenjangan sektarian di negara itu.
"Kami mendesak warga Tikrit kembali ke rumah, dan mereka tidak harus mendengarkan rumor menyesatkan," kata juru bicara Pasukan Mobilisasi Populer Syiah, Karim al-Nouri.
Juru bicara Kementerian Migrasi dan Pengungsi Irak, Sattar Nowrus, mengatakan, sejak ISIS menguasai Tikrit pada Juni 2014, sekitar 400 ribu orang telah melarikan diri dari ibu kota Provinsi Salahuddin tersebut. Organisasi Migrasi Internasional mencatat baru sekitar 5.000 keluarga yang telah kembali ke Tikrit.
"Jika kita membicarakan Kota Tikrit, di wilayah utama, sejauh ini yang kita ketahui belum ada yang kembali. Namun di beberapa wilayah sekitarnya mungkin ada yang kembali," kata Javier Rio-Navarro, perwakilan Uni Eropa yang mengurusi operasi bantuan kemanusiaan di irak.
Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi telah mengirimkan tentara untuk menghentikan kekerasan dan penjarahan yang telah meluas di Tikrit. Ia menyebutkan aksi tersebut dilakukan oleh geng kriminal, tapi warga menuding milisi Syiah yang hendak membalas dendam terhadap kaum Sunni di tempat kelahiran Saddam Hussein tersebut.|
Ketegangan sektarian antara Sunni dan Syiah meletus dan meluas menjadi bentuk peperangan pada 2006-2007. Ketika itu, puluhan ribu orang tewas akibat kekerasan sektarian.
FOX NEWS | ROSALINA