TEMPO.CO, Malang - Penghentian semua level kompetisi sepak bola oleh Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia dengan alasan force majeure mulai berdampak buruk pada sejumlah klub. Arema Cronus, misalnya, memilih memutuskan kerja sama dengan tujuh sponsor kendati harus kehilangan fulus Rp 12 miliar dari total Rp 14,8 miliar.
Ketua Eksekutif Arema Cronus Iwan Budianto mengatakan, dari tujuh sponsor, yakni produsen bir Anker Sport, Ijen Suites, Lupromax Oil, Guna Bangun Perkasa, Indosat, Extra Joss, dan NZR, Singo Edan sudah menerima pembayaran termin pertama sebesar Rp 2,8 miliar. Saat ini seharusnya ketujuh sponsor melaksanakan kewajiban membayarkan dana termin kedua. Namun mereka menunda pembayaran gara-gara kisruh PSSI dengan Menteri Pemuda dan Olahraga.
“Mestinya mereka (sponsor) keberatan. Tapi, karena ada klausul force majeure di kontrak, ya, dengan sangat menyesal mereka bisa menerima walaupun sangat berharap diberi kesempatan pertama untuk renegosiasi kalau nanti kompetisi akan diputar lagi,” ucap Iwan kepada Tempo, Senin, 4 Mei 2015.
Menurut Iwan, manajemen Arema lebih memilih memutuskan kontrak ketimbang di belakang hari malah digugat secara hukum oleh para sponsor. Posisi Arema lemah, sehingga kemungkinan besar mereka bakal kalah bila digugat ke pengadilan oleh para sponsor dengan dalih wanprestasi. Bila kalah dalam gugatan, Arema harus membayar denda yang besar kepada para sponsor.
Dalam kontrak jelas disebutkan Arema harus menunaikan semua kewajiban kepada sponsor. Salah satunya adalah menjalani semua pertandingan. Bila kompetisi Liga Bank Nasional Qatar berjalan normal, ada 34 pertandingan yang wajib dituntaskan. Tapi Arema baru menyelesaikan dua laga, yakni menjamu Persija Jakarta (Sabtu, 4 April) dan Barito Putera (Selasa, 7 April).
Manajer Bisnis Arema Cronus Muhammad Yusrinal Fitriandi menambahkan, selain kehilangan dana segar dari tujuh sponsor besar, Arema kehilangan pemasukan dari sponsor insidental, yakni sponsor yang memasang spot iklan di e-board Stadion Kanjuruhan saat laga berlangsung.
Yusrinal menyebut target pendapatan minimal dari iklan e-board sebesar Rp 500 juta tiap pertandingan kandang. Dia optimistis dapat memenuhi target karena e-board Arema bisa menampung 40 space sponsor. Harga iklan e-board termurah Rp 1 juta dan termahal Rp 25 juta per satu pertandingan kandang.
Total, Arema menargetkan pendapatan dari iklan e-board dalam 17 pertandingan kandang—dua pertandingan sudah dijalani—sebesar Rp 8,5 miliar. Ditambah dengan fulus tujuh sponsor, Arema bisa membukukan pendapatan sekitar Rp 21,3 miliar. Namun semua potensi pendapatan sebesar ini bakal hangus bila kondisi persepakbolaan Tanah Air masih penyakitan seperti sekarang.
ABDI PURMONO