TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi akan mengutus tim transisi untuk bertemu dengan Asosiasi Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA). Hal ini dilakukan untuk memberi penjelasan soal pembekuan Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia.
"Kami tak pernah berhenti kirim surat ke FIFA dan menjelaskan secara detil pada mereka, tetapi mungkin kita butuh komunikasi fisik dan mengirimkan beberapa orang ke sana," kata Imam di Istana Negara, Rabu, 6 Mei 2015.
Menurut Imam, hal ini dilakukan setelah FIFA menyelesaikan Kongres Luar Biasa pada 29 Mei mendatang.
Pada 10 April 2015 FIFA telah mengirim surat kepada Menteri Imam Nahrawi tentang kriteria yang ditetapkan pemerintah terhadap klub-klub yang hendak berpartisipasi dalam Liga Super Indonesia.
Dalam surat itu, FIFA menginformasikan kepada Menteri Nahrawi bahwa para anggota FIFA harus mengelola urusan mereka secara independen dan tanpa pengaruh dari pihak ketiga, seperti diatur dalam Pasal 13 dan 17 Statuta FIFA.
Selanjutnya, FIFA mengingatkan bahwa hanya anggota FIFA (atau liga yang terafiliasi) yang bisa memberi lisensi dan bertanggung jawab mengatur dan memaksakan kriteria yang harus dipenuhi klub yang berpartisipasi (lihat poin 2 dan 3 di Peraturan Perizinan Klub FIFA).
Karena itu, isi surat tersebut selanjutnya, FIFA meminta pemerintah Indonesia menahan diri agar tidak mencampuri urusan PSSI dan memungkinkan PSSI memenuhi kewajibannya sebagai anggota FIFA.
Imam membekukan PSSI karena pengurusnya dinilai membuat beberapa pelanggaran. Hal ini terutama pada pengabaian PSSI dan PT Liga Indonesia terhadap rekomendasi dari Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) tentang dua dari 18 klub Liga Super Indonesia yang dinilai tidak memenuhi sarat ikut kompetisi. Menteri Imam mendukung langkah BOPI.
Setelah dibekukan, PSSI kemudian bereaksi dengan menghentikan kompetisi Liga Super Indonesia 2015 dengan alasan force majeure atau penyebab terhalangnya kegiatan yang tidak bisa dielakkan seperti bencana alam dan perang.
TIKA PRIMANDARI