TEMPO.CO, Turin - Carlo Ancelotti, 55, tampil di kandang Juventus, yang kini punya stadion bernama klub itu di Kota Turin, Italia, Rabu dinihari, 6 Mei 2015, dengan kesadaran penuh ia tak disukai oleh warga Juve. Meski, Ancelotti sempat melatih Juve 2000-2001, tapi ia lebih lama dikenal sebagai orang AC Milan.
Apalagi sekarang Ancelotti memimpin Real Madrid dari Spanyol untuk bertarung pada babak semifinal Liga Champions Eropa dalam dua kali pertemuan. Madrid lebih difavoritkan dalam bursa taruhan karena prestasi mereka dalam kejuaraan utama antarklub Eropa itu yang jauh melebihi Juve.
Tim yang dipimpin oleh Ancelotti itu sekarang adalah juara Liga Champions 10 kali –termasuk memenanginya musim lalu-, klub paling terkenal, dan para pemain termahal di dunia. Bahkan, Juve ini adalah tim yang paling tak diunggulkan di antara semifinal musim ini yang selain ada Madrid yaitu Barcelona dan Bayern Munich.
Jadi, ketidaksukaan orang-orang Juve kepada Ancelotti semakin bertambah. “Saya punya masalah dengan sejumlah suporter, tapi apa yang bisa saya katakan?” kata Ancelotti.
Di sisi lain, Ancelotti juga dalam posisi tidak aman di Madrid karena ketidakcocokannya dengan sang bos, presiden klub, Florentino Perez, meski mantan gelandang klub AC Milan dan tim nasional Italia tersebut berhasil membawa Madrid memenangi Liga Champions musim lalu dengan mengalahkan tetangganya, Atletico Madrid, pada final.
Perez tidak terlalu suka dengan gaya permainan yang dikembangkan Ancelotti di Madrid. Pada La Liga Spanyol musim lalu, mereka finis di belakang Barcelona dan Atletico Madrid yang memenanginya. Musim ini, Madrid juga masih ketinggalan 2 poin dari Barcelona di puncak klasemen dengan tiga laga tersisa.
Ada isu santer sekarang ini bahwa Ancelotti akan kehilangan jabatannya sebagai pelatih kepala Madrid jika mereka tersingkir dalam pertandingan kandang dan tangan semifinal Liga Champions. Zinedine Zidane, yang kini menangangi tim pelapis, disebut-disebut disiapkan untuk menggantikan Ancelotti.
Pelatih berusia 55 tahun ini, Ancelotti, memang fenomena unik dalam kancah elit sepak bola dunia. Ia sudah tahu akan dipecat dari Juventus sebagai pelatih sebelum menyelesaikan pertandingan kompetisi pada 2001, pergi ke AC Milan, dan berhasil membalas dendam ketika mengalahkan penggantinnya di Juve, Marcelo Lippi, pada final Liga Champions 2003.
Sebagai pelatih, Ancelotti kemudian memenangi Liga Champions 2007 dan musim lalu menjuarainya bersama Real Madrid. Adapun sebagai pemain, ia membawa Milan merebut trofi Liga Champions 1989 dan 1990.
Ketika di Inggris pun, Ancelotti menerima nasib yang mirip ketika di Juve. Beberapa jam sebelum pertandingan terakhir Liga Primer Inggris 2010-2011 di kandang Everton, Ancelotti sudah tahu ia dipecat oleh pemilik klub Roman Abramovich, meski sebelumnya sudah membawa Chelsea memenangi Liga Primer Inggris.
Sekarang pun Ancelotti bisa mengalami nasib yang sama jika sang bos, Perez, sudah tak mampu menahan nafsu ketidaksukaannya. Apalagi, jika Madrid gagal mencetak rekor sebagai tim pertama yang bisa mempertahankan gelar juara Liga Champions. “Di Liga Champions, kalau Anda punya keberanian, Anda akan menang. Tapi, kalau Anda takut, Anda akan kalah,” kata Ancelotti.
BBC | GUARDIAN | SKY SPORTS | HARI PRASETYO