Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Bertemu Putri Mahkota Kasultanan Yogya, Adik Sultan: Dia Enggak Tahu Diri  

image-gnews
Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Pembayun, putri sulung Sri Sultan Hamengku Buwono X, diangkat sebagai putri mahkota Kesultanan Yogyakarta. Pengangkatan ini diresmikan lewat Sabda Raja di Siti Hinggil, Keraton Yogyakarta, 5 Mei 2015. Wikipedia.org
Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Pembayun, putri sulung Sri Sultan Hamengku Buwono X, diangkat sebagai putri mahkota Kesultanan Yogyakarta. Pengangkatan ini diresmikan lewat Sabda Raja di Siti Hinggil, Keraton Yogyakarta, 5 Mei 2015. Wikipedia.org
Iklan

TEMPO.COYogyakarta - Rombongan anak-anak Raja Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat Sri Sultan Hamengku Bawono X yang melakukan ziarah ke makam raja-raja Mataram di Ginirejo, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, bertemu dengan rombongan adik-adik Sultan yang menolak sabda raja di lokasi yang sama, Rabu petang, 6 Mei 2015. Pertemuan itu terjadi di makam Sultan Hamengku Buwono IX.

Berdasarkan pantauan Tempo di lokasi, rombongan adik-adik Sultan yang dipimpin Gusti Bendara Pangeran Haryo (GBPH) Prabukusumo terlebih dulu masuk ke lokasi makam HB IX. Saat itu rombongan anak-anak Sultan yang dipimpin Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Mangkubumi Hamemayu Hayuning Bawono Langgeng ing Mataram tengah berada di lokasi makam HB I, yang bersebelahan dengan makam HB IX.

GKR Mangkubumi adalah anak sulung Sultan yang dulunya bernama GKR Pembayun. Nama dan gelar barunya itu menandainya sebagai Putri Mahkota Kasultanan Yogyakarta melalui sabda raja II pada 5 Mei 2015.

Saat rombongan Mangkubumi memasuki lokasi makam HB IX, rombongan Prabukusumo belum keluar. Rombongan itu meliputi Mangkubumi beserta suaminya, Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Wironegoro, dan tiga adiknya, yaitu GKR Condrokirono; GKR Maduretno dan suaminya, KPH Probodiningrat; serta GKR Bendara. 

Sedangkan rombongan Prabukusumo berjumlah sepuluh orang yang meliputi adik-adik Sultan yang tinggal di Yogyakarta dan Jakarta. Yang tinggal di Yogyakarta selain Prabukusumo adalah GBPH Yudhaningrat, GBPH Condrodiningrat, dan Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Hadiwinoto (adik kandung Sultan). Sedangkan yang dari Jakarta ada GBPH Pakuningrat, GBPH Cakraningrat, GBPH Suryadiningrat, GBPH Suryametaram, GBPH Hadinegoro, dan GBPH Suryonegoro. 

Ketika lebih dulu keluar dari lokasi makam, Prabukusumo membenarkan bertemu dengan rombongan Mangkubumi. Namun dia membantah saling bertegur sapa saat bertemu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Menyapa? Enggak. Ya, (rombongan Mangkubumi) enggak tahu diri,” tutur Prabukusumo.

Kedatangan rombongan adik-adik Sultan tersebut ke makam HB IX untuk berziarah dan memintakan maaf atas kesalahan Sultan yang dianggap khilaf karena sabda raja yang diucapkan bertentangan dengan paugeran (aturan Keraton Yogyakarta).

“Karena (isi sabda raja) menghilangkan gelar ‘Khalifatullah’, menghilangkan tradisi mengucapkan assalamualaikum,” ucap Prabukusumo.

Dia meminta doa agar Keraton Yogyakarta tetap lestari dalam menjaga paugeran, adat istiadat, dan tradisi budaya. 

PITO AGUSTIN RUDIANA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tahun Ini Tak Ada Rebutan Gunungan, Abdi Dalem Membagikan

5 hari lalu

Prosesi Grebeg Syawal yang digelar Keraton Yogyakarta di Masjid Gedhe Kauman Kamis 11 April 2024. Dok.istimewa
Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tahun Ini Tak Ada Rebutan Gunungan, Abdi Dalem Membagikan

Tahun ini, tradisi Grebeg Syawal tidak lagi diperebutkan tapi dibagikan oleh pihak Keraton Yogyakarta. Bagaimana sejarah Grebeg Syawal?


Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

7 hari lalu

Prosesi Grebeg Syawal yang digelar Keraton Yogyakarta di Masjid Gedhe Kauman Kamis 11 April 2024. Dok.istimewa
Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

Keraton Yogyakarta kembali menggelar tradisi Grebeg Syawal dalam memperingati Idul Fitri 2024 ini, Kamis 11 April 2024.


78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

16 hari lalu

Gubernur Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X menyebar udik-udik bagian dari acara Kondur Gongso di Masjid Agung Gedhe, Yogyakarta, (23/1). Upacara Kondur Gongso merupakan upacara dalam menyambut Maulud Nabi. TEMPO/Subekti
78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

Hari ini kelahirannya, Sri Sultan Hamengkubuwono X tidak hanya sebagai figur penting dalam sejarah Yogyakarta, tetapi juga sebagai tokoh nasional yang dihormati.


269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

37 hari lalu

Prajurit Keraton Yogyakarta mengawal arak-arakan gunungan Grebeg Syawal di halaman Masjid Gede Kauman, Yogyakarta, 18 Juli 2015. Sebanyak enam buah gunungan diarak dalam acara ini. TEMPO/Pius Erlangga
269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

Perjanjian Giyanti berkaitan dengan hari jadi Yogyakarta pada 13 Maret, tahun ini ke-269.


Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

38 hari lalu

Ilustrasi Keraton Yogyakarta. Shutterstock
Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755


Keraton Yogyakarta Gelar Pameran Abhimantrana, Ungkap Makna di Balik Upacara Adat

38 hari lalu

Tarian Beksan Trunajaya membuka Pameran Abhimantrana, Upacara Adat Keraton Yogyakarta yang digelar 9 Maret hingga 25 Agustus 2024. (Dok. Istimewa)
Keraton Yogyakarta Gelar Pameran Abhimantrana, Ungkap Makna di Balik Upacara Adat

Keraton Yogyakarta selama ini masih intens menggelar upacara adat untuk mempertahankan tradisi kebudayaan Jawa.


Mengenal Tradisi Ngapem Ruwahan di Yogyakarta untuk Sambut Ramadan

52 hari lalu

Tradisi Ngapem Ruwahan digelar warga di Yogya sambut Ramadan. (Dok. Istimewa)
Mengenal Tradisi Ngapem Ruwahan di Yogyakarta untuk Sambut Ramadan

Tradisi Ngapem Ruwahan di Yogyakarta mengajak saling memaafkan dan persiapan mental sebelum ibadah puasa Ramadan.


Yogyakarta Gelar Tradisi Labuhan Gunung Merapi dan Pantai Parangkusumo

12 Februari 2024

Serah terima uborampe atau sesaji mengawali Tradisi Labuhan Merapi di Kecamatan Cangkringan Sleman Minggu (11/2). Dok. Istimewa
Yogyakarta Gelar Tradisi Labuhan Gunung Merapi dan Pantai Parangkusumo

Upacara adat yang digelar Keraton Yogyakarta ini merupakan tradisi ungkapan rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan alam


Menelusuri Lokasi Serbuan Tentara Inggris ke Keraton Yogyakarta, Ini Jadwal dan Tiketnya

11 Februari 2024

Wisatawan berkunjung di kawasan Taman Sari, Yogyakarta, Minggu 25 Desember 2022. Kawasan Taman Sari yang dulunya sebagai tempat peristirahatan bagi Raja Keraton Yogyakarta tersebut ramai dikunjungi wisatawan saat libur Natal 2022. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyasyah
Menelusuri Lokasi Serbuan Tentara Inggris ke Keraton Yogyakarta, Ini Jadwal dan Tiketnya

Dua abad lalu, Keraton Yogyakarta pernah dijarah tentara Inggris, tapi keraton tidak hancur dan mash bertahan sampai saat ini.


Momen Alam Ganjar Bareng Cucu Sultan HB X Berwisata Keliling Keraton Yogyakarta

7 Februari 2024

Putra capres nomor urut 03 Ganjar Pranowo, Alam Ganjar menyambangi Keraton Yogyakarta Selasa 6 Februari 2024. TEMPO| Pribadi Wicaksono.
Momen Alam Ganjar Bareng Cucu Sultan HB X Berwisata Keliling Keraton Yogyakarta

Alam Ganjar menuturkan lawatan ke Keraton Yogyakarta ini menjadi kunjungannya kembali setelah sekian lama tak menyambanginya.