TEMPO.CO, Bandung - Tatapan Nurhayati, 12 tahun, hampir tak pernah lepas memandang ke arah segundukan tanah yang menenggelamkan rumahnya di Kampung Cibitung, Desa Rancamanyar, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung.
Bencana tanah longsor, telah menghantam fisik dan batin siswi kelas V sekolah dasar tersebut. Ia harus berhadapan dengan kenyataan, sang ibu beserta dua anggota keluarganya lenyap terkubur tanah longsor. “Rumah saya sudah terkubur tanah. Di rumah masih ada mamah, bibi, sama anaknya,” ujar Nurhayati kepada Tempo, Rabu, 7 Mei 2015.
Sejak pagi, Nurhayati yang ditemani sanak saudaranya dari Banjaran, Kabupaten Bandung, sudah berada di lokasi longsor. Kedatangan mereka tak lain untuk melihat secara langsung proses evakuasi yang dilakukan. Meskipun rumah keluarga Nurhayati sudah lenyap terkubur tanah, ia masih berharap ada keajaiban, keluarga mereka bisa diselamatkan. “Kemarin pas ada longsor, saya lari sendiri ke luar. Di suruh ibu lari duluan,” ujar dia.
Saat longsor terjadi, Nurhayati menuturkan, dia dan sang ibu sedang menyiapkan hidangan makan siang. Sedangkan bibi dan putrinya sedang terlelap tidur di kamar. “Pas mau makan saya denger bunyi gemuruh, tapi saya belum keluar, bunyi gemuruh yang kedua sangat keras, saya panik langsung keluar,” ujar dia.
Dalam keadaan panik, Nurhayati sempat mengajak ibunya yang sedang berada di dapur untuk ke luar rumah. Namun, sang ibu menyuruh Nurhayati duluan keluar. Karena si ibu berniat untuk membangunkan adiknya beserta putrinya yang sedang tidur di kamar. “Pas lari dari rumah, tanah belum turun,” kata dia.
Baca Juga:
Nurhayati mengatakan, saat itu, keadaan warga setempat sangat panik. “Mereka berteriak-teriak,” ujarnya. Longsor terjadi pukul 14.30, saat sebagian warga sedang melakukan aktivitas baik di dalam maupun di luar rumah.
Setelah lari sejauh..