TEMPO.CO, Jakarta - Analis dari PT Investa Saran Mandiri Hans Kwee menyatakan kinerja operator bisa semakin membaik pada kuartal kedua tahun ini. Menurut Hans, layanan jaringan masih akan menjadi andalan bagi para operator untuk mendongkrak pendapatannya. “Pertumbuhan telekomunikasi cenderung baik, apalagi jika nilai tukar rupiah terkendali,” kata Hans saat dihubungi Tempo, Rabu, 6 Mei 2015.
Menurut Hans, para operator akan memanfaatkan munculnya jaringan baru 4G. Dengan ekspansi yang dinilai melambat, konsumen bakal didorong untuk memperbarui layanan datanya. “Layanan data masih menjadi andalan dan 4G sedang tumbuh bagus,” ucapnya. Melalui layanan data inilah pendapatan operator berpotensi bertambah.
Secara umum, ujar Hans, para pelaku pasar melihat pergerakan bursa saham di kuartal kedua nanti dengan lebih optimistis. Pasar diprediksi bergerak hati-hati karena belum pulih sepenuhnya akibat pelemahan pekan lalu. “Melemahnya pasar beberapa hari terakhir lebih karena kinerja emiten yang kurang bagus,” kata Hans.
Ia mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II bisa dipacu jika pemerintah mengoptimalkan realisasi APBN Perubahan dengan mengerjakan proyek infrastruktur. Di kuartal II biasanya pengerjaan infrastruktur baru berjalan. Hans menilai kala memasuki kuartal III dan IV biasanya pertumbuhan ekonomi sudah makin membaik.
Sebelumnya, dua operator terbesar, yaitu PT Telkomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dan PT XL Axiata Tbk (EXCL), mencatatkan kinerja yang berbeda. Pada kuartal I 2015, Telkomsel--anak usaha PT Telkom Tbk--sukses meraih laba sebesar Rp 4,88 triliun atau naik 11,3 persen dibandingkan dengan periode sama tahun lalu sebesar Rp 4,387 triliun.
Begitu juga dengan pendapatan yang naik 12,1 persen atau sebesar Rp 17,142 triliun. Pada kuartal I 2014 pendapatan operator terbesar di Indonesia itu Rp 15,289 triliun. Pendapatan dari sektor prabayar selama kuartal I 2015 sebesar Rp 14,516 triliun, sedangkan dari layanan pascabayar mencapai Rp 1,358 triliun.
Hal sebaliknya terjadi pada XL Axiata. Sepanjang kuartal pertama 2015, perusahaan tersebut menderita rugi Rp 758 miliar akibat melemahnya rupiah. Pendapatan XL sebesar Rp 5,5 triliun. Perolehan ini berasal dari penjualan dan penyewaan kembali 3.500 menara pada akhir tahun 2014. Pendapatan dari layanan seluler tumbuh tiga persen dari tahun lalu.
Sedangkan layanan data terus tumbuh sebesar 29 persen dibanding tahun lalu. Pendapatan layanan data memberikan kontribusi sebesar 32 persen terhadap total pemakaian pendapatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 26 persen.
Meski menelan rugi besar akibat melemahnya rupiah, tanpa memperhitungkan dampak dari transaksi mata uang asing yang belum direalisasikan serta hasil pajak, maka XL hanya mencatat kerugian sebesar Rp 79 milliar.
ADITYA BUDIMAN