TEMPO.CO, Jayapura - Ketua Umum Persipura Jayapura Benhur Tommy Mano menyesalkan penghentian Liga Super Indonesia 2015 sebagai buntut atas pembekuan PSSI oleh Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi. “Sepak bola itu bagi orang Papua sudah menjadi harga diri. Jika liga dihentikan, berarti Menpora telah membuat sakit hati, membunuh orang Papua sebagai bagian NKRI,” kata Benhur, Jumat, 8 Mei 2015.
Menurut Benhur, begitu cintanya orang Papua terhadap sepak bola, maka Persipura itu sudah dianggap seperti agama kedua. "Sebab, jika persipura main di hari Jumat, itu bisa mempengaruhi orang salat Jumat. Begitu pun jika Persipura main di hari Minggu, bisa mempengaruhi ibadah bagi yang beragama Kristen," ucapnya.
Bahkan, kata Benhur, sebagian penghasilan orang Papua disisihkan untuk membeli karcis menonton Persipura saat klub kesayangan mereka berlaga di Stadion Mandala. "Jadi, itulah bagaimana kecintaan masyarakat Papua terhadap sepak bola,” ujarnya.
Benhur, yang juga menjabat Wali Kota Jayapura, menuturkan akibat penghentian Liga Indonesia saat ini, di Papua muncul wacana meminta tim Persipura bermain di liga sepak bola di negara-negara wilayah Pasifik, seperti di Vanuatu dan lainnya.
"Ini saya orang pemerintah. Jika Ketua Umum Persipura bukan seorang wali kota mungkin manajemen Persipura sudah mengambil jalan lain bermain di liga luar negeri. Tapi saya tidak, saya bagian dari NKRI. Maka Persipura tetap bermain di Indonesia. Jadi kami tetap main sepak bola di bawah naungan PSSI," ucapnya.
Saat ini, ujar Benhur, manajemen Persipura telah mengontrak para pemain dan pelatih asing. "Jadi, jika Liga Indonesia dihentikan atau dibekukan, jelas semua devisa dan pajak bagi negara yang sudah masuk ini akan hilang. Pajak dari tim sepak bola akan dikurangi atau nantinya tak ada lagi pajak dari para pemain atau pelatih asing yang masuk untuk negara," katanya.
CUNDING LEVI