TEMPO.CO, Washington - Setelah direncanakan selama berbulan-bulan dan terus tertunda, pasukan operasi khusus Amerika Serikat akhirnya mulai melatih kelompok kecil pemberontak Suriah. Menteri Pertahanan Amerika Ashton B. Carter mengatakan mereka ingin menciptakan kelompok politik moderat dengan kecakapan bertempur untuk mengalahkan tentara Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dan Jabat al-Nusra yang bersenjata lengkap serta berpengalaman.
Dia sadar bakal butuh bertahun-tahun untuk menciptakan pasukan penangkal ISIS. Saat ini pun hanya 90 orang pemberontak ikut pelatihan tahap pertama yang digelar di Yordania. Mereka akan dikirim kembali ke Suriah setelah beberapa bulan.
Carter tidak menjanjikan keberhasilan program ini, meski dia mengharapkannya. "Butuh bukti. Kami mulai dari orang-orang yang kami punya dan telah kami periksa secara hati-hati," ujarnya, seperti dilaporkan New York Times, Jumat, 8 Mei 2015. Namun dia menyebut Amerika paham pelatihan terbaik dan soal penempatan awal.
Program ini rencananya melatih 5400 orang Suriah dalam setahun di fasilitas pelatihan Yordania, Qatar, Arab Saudi, dan Turki. Mereka akan dikirim kembali dengan peralatan militer dasar, termasuk amunisi, senjata kecil, truk, dan mesin tembak.
Ketika mereka ditempatkan di Suriah nanti, Pentagon akan mengatur taktik gerakan. "Hal terbesar, kami sedang membangun jaringan," kata Carter, seperti dilaporkan Washington Post. Artinya, secara tidak langsung Amerika bisa mempengaruhi situasi peperangan di Suriah.
Carter mengatakan Pentagon melindungi para pelatih asal Amerika yang ikut program ini secara ekstra. Sebab, berdasarkan pengalaman, tentara asing yang melatih sering jadi target serangan milisi musuh.
Masih banyak pertanyaan tentang pelatihan pemberontak ini. Salah satunya, kemungkinan mereka akan berkonflik dengan pasukan pembela Presiden Suriah Bashar al-Assad. Pemerintahan Presiden Amerika Barack Obama belum menentukan sikap pasti. "Kami belum memutuskan aturan keterikatan," ujar Carter.
NEW YORK TIMES | WASHINGTON POST | ATMI PERTIWI