TEMPO.CO, Yogyakarta - Sosok istri Duta Besar Indonesia untuk Pakistan, Heri Listyawati di mata keluarga dan kerabatnya merupakan intelektual yang sederhana. Sigit Heri Setia Budi, adik kandung Lilis, panggilan Heri Listyowati, menuturkan kakaknya bukan orang yang suka pamer kemewahan meskipun secara ekonomi ia mampu.
“Setiap berangkat mengajar, dia selalu memilih pakai motor lamanya, hampir tak pernah pakai mobil meskipun ada,” ujar Sigit saat ditemui pada Sabtu 9 Mei 2015. Padahal jarak rumah Lilis ke kampus Universitas Gadjah Mada terbilang lumayan jauh dan butuh waktu sekitar 20-25 menit.
"Tapi beliau selalu ngotot pakai motor tuanya itu kalau memang cuaca pas tidak hujan, praktis katanya,” ujar Sigit sembari menunjukkan sebuah motor Astrea Honda Grand keluaran tahun 1995 warna hitam yang terparkir di teras rumah Lilis.
Lilis merupakan dosen Hukum Agraria Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada Yogyakarta selama sepuluh tahun terakhir. Namun sejak tiga tahun ini Lilis sering bolak-balik Indonesia-Pakistan untuk mendampingi tugas suaminya serta anak bungsunya, Yoga Sulistyo Burhan yang sekolah di satu SMA di Pakistan.
Lilis merupakan anak ke enam dari delapan bersaudara. Keluarga Lilis besar di lingkungan ayah dan ibu seorang guru SMA . Namun dari delapan bersaudara itu, hanya Lilis yang memiliki tekad tinggi menjadi pengajar. “Dia memilih jadi dosen, saudara lain mentok guru SMA,” ujar Sigit.
Hal yang paling diingat Sigit dari kakak kandungnya tentang obsesinya menjadi pengajar karena mengajar bagi Lilis bukanlah sebuah pekerjaan. “Hal paling membahagiakan dalam hidup ketika bisa mengajar, bisa berbagi pengetahuan,” ujar Sigit menirukan kata-kata yang sering diucapkan kakaknya.
Sigit sendiri terakhir berkomunikasi dengan Lilis saat mengantar bungsunya mendaftar tes masuk UGM sepekan lalu. Sehari sebelum kecelakaan nahas itu, melalui pesan jejaring social Whats Up, Lilis juga sempat woro-woro kepada kerabatnya bahwa ia baru saja memenangi sebuah kompetisi ping-pong di Pakistan. Namun hanya memperoleh juara dua.
“Saya godain dia, ‘Wah kurang latihan itu, di sini (Indonesia) saja sering juara satu’,” ujar Sigit mengenang. Bakat bermain ping-pong memang menonjol dalam diri Lilis sejak ia duduk di bangku Sekolah menengah Atas Negeri 1 Yogyakarta. Dalam ruangan tengah rumah Burhan pun terpampang sejumlah piala kejuaraan ping-pong baik tingkat regional atau lokal. “Dia juga aktif dalam kegiatan ibu-ibu kalau sudah di rumah, tidak hanya terus berkutat dengan kegiatan di kampus, supel,” ujar dia.
Kepala Kantor Administrasi Fakultas Hukum UGM Urip Sudiyono mengakui sifat sederhana Lilis. Di mata Urip, Lilis digambarkan sebagai dosen yang merakyat tak hanya pada mahasiswa tapi juga pegawai lainnya. “Dia seperti bukan istri pejabat, sederhana sekali,” ujar Urip.
Sedangkan menurut Fitra Amrullah, 19 tahun, putra sulung Burhan dan Lilis, ibunya itu sosok yang perhatian meskipun sedang berjauhan jaraknya. “Hampir setiap hari menulis pesan di Facebook saya, tanya kabar, sehat nggak, makan apa, tidur di mana,” ujar Fitra.
Burhan Muhammad dan istrinya, Heri Listyawati menjadi korban kecelakaan helikopter di wilayah Pakistan utara pada Jumat siang, 8 Mei 2015 waktu setempat. Burhan dikabarkan terluka parah dan istrinya, Lilis, meninggal.
PRIBADI WICAKSONO