TEMPO.CO, Bogor - Ranto Ramanda Sinambela, 19 tahun, pengemudi Toyota Fortuner putih dengan nomor polisi F-1507-EB yang melakukan tabrak lari di Jalan Ahmad Yani, Bogor, mengaku habis mengkonsumsi minuman beralkohol sebelum insiden tersebut terjadi. Insiden tabrak lari itu menyebabkan satu orang tewas, satu terluka, dan tiga warung tenda rusak.
"Iya Pak, saya sempat minum alkohol sebelum menabrak warung-warung itu," kata Ranto saat dimintai keterangan oleh petugas Unit Kecelakaan Kepolisian Resor Bogor Kota, Selasa pagi, 12 Mei 2015.
Menurut Ranto, ia meminum dua gelas minuman beralkohol bermerek Intisari di suatu warung jamu di Jalan Raya Empang sekitar pukul 21.30 WIB. "Saya tidak minum banyak, hanya dua gelas Intisari, dan memang saya biasanya selalu minum Intisari dua kali dalam satu minggu, " katanya.
Ranto keluar dari rumahnya di kawasan Pancasan, Kecamatan Bogor Barat, untuk mengunjungi rumah temannya di Karadenan sekitar pukul 21.00 WIB. "Pada saat di tanjakan Empang, saya mampir di warung jamu untuk minum Intisari."
Selang tiga puluh menit kemudian, setelah mengkonsumsi dua gelas Intisari, Ranto melanjutkan perjalanannya dengan menggunakan Fortuner putih. "Saya sempat berhenti di Jalan Sudirman untuk membeli donat, setelah itu kembali jalan."
Pada saat itu jalan terlihat lebih lengang, sehingga Ranto memacu laju kendaraannya dengan kecepatan yang cukup tinggi, yakni 80 kilometer per jam. Setelah melintas di Jalan Dadali arah Warung Jambu dan melewati tikungan yang cukup tajam, Ranto kehilangan kendali dan akhirnya menabrak warung pecel lele dan dua warga yang sedang makan. "Saya kehilangan kendali, sehingga menabrak warung tenda. Dan saya panik, makanya langsung menginjak gas lagi," ucapnya.
Mobil yang dikemudikan Ranto bisa dihentikan warga yang mengejarnya di Jalan Soleh Iskandar, tepatnya di dekat perumahan Kedung Badak. "Mobil saya sempat dilempari batu oleh warga dan dipukul warga, tapi diselamatkan polisi, " ucapnya.
M. SIDIK PERMANA.
