Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Pelaku Bom Boston 'Dibela' Biarawati  

Editor

Indah Pratiwi

image-gnews
Sketsa wajah pelaku pemboman Boston Marathon Dzhokhar Tsarnaev, saat menjalani pra-sidang sebelum menjalani sidang pada Januari 2015 di Pengadilan federal, Boston, 18 Desember 2014. Tsarnaev menghadapi hukuman mati atas serangan bom saat event Boston Marathon pada 15 April 2013. REUTERS/Jane Collins
Sketsa wajah pelaku pemboman Boston Marathon Dzhokhar Tsarnaev, saat menjalani pra-sidang sebelum menjalani sidang pada Januari 2015 di Pengadilan federal, Boston, 18 Desember 2014. Tsarnaev menghadapi hukuman mati atas serangan bom saat event Boston Marathon pada 15 April 2013. REUTERS/Jane Collins
Iklan

TEMPO.CO, Boston -  Pelaku bom Boston, Dzhokhar Tsarnaev, mengaku menyesali ulahnya. Kepada seorang biarawati Katolik, suster Helen Prejean, ia menyatakan "tidak ada seorang pun yang layak menderita" karena perbuatannya.

"Dia mengatakan dengan tegas. Dia mengatakan tidak ada yang layak menderita seperti yang dialami korban bom itu," kata Prejean, yang juga aktivis di Ministry Against the Death Penalty dan pernah dinominasikan sebagai penerima penghargaan Nobel. "Ia benar-benar menyesal atas apa yang dia lakukan."

Prejean bersaksi di pengadilan atas permintaan pengacara Dzhokhar. Ia mengaku bertemu dengan Dzhokhar lima kali di penjara. "Saya berjalan di dalam ruangan dan memandang wajahnya dan saya ingat, 'Ya Tuhan, dia begitu muda'," ujarnya mengenang pertemuan pertamanya dengan Dzhokhar. "Saya merasa dia sangat menghormati saya, dan saya merasa cukup mudah membangun hubungan."

Juri di pengadilan federal Boston bulan lalu menyatakan pemuda 21 tahun ini  bersalah karena membunuh tiga orang dan melukai 264 lainnya dalam dua serangan bom pada 15 April 2013. Akhir pekan ini, mereka akan mulai berunding apakah akan menjatuhkan hukuman mati dengan suntikan mematikan kepadanya atau penjara seumur hidup tanpa kemungkinan dibebaskan.

Sejak pengadilan digelar pada awal Maret, juri telah mendengar keterangan dari sekitar 150 saksi, termasuk orang tua yang kehilangan anak dalam serangan itu. Kesaksian keluarga Dzhokhar juga didengarkan.

Selama persidangan, jaksa berusaha menggambarkan Dzhokhar, yang beretnis Chechnya, sebagai penganut ideologi Islam militan Al-Qaeda. Ia dituding sengaja melakukan serangan "untuk menghukum Amerika" atas aksi militernya di negeri-negeri Islam.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pengacara Dzhokhar berpendapat ia adalah "pemain sekunder" dalam aksi yang dirancang oleh sang kakak, Tamerlan Tsarnaev. Pemuda 26 tahun itu meninggal pada 19 April 2013, setelah adu tembak dengan polisi berakhir ketika Dzhokhar secara tidak sengaja menabraknya dengan kendaraan yang dicuri saat ia melesat pergi dari tempat kejadian. Beberapa jam sebelumnya, mereka menembak mati seorang petugas keamanan di sebuah universitas di kota itu.

Hukuman mati tidak populer di Boston. Undang-undang negara bagian pun tidak mengizinkan hukuman itu. Jajak pendapat menunjukkan warga lebih memilih Dzhokhar menjalani hukuman penjara seumur hidup.

John Oliver, sipir penjara dengan keamanan maksimum di Florence, Colorado, tempat Dzhokhar akan dikirim jika terhindar dari hukuman mati, mengatakan kepada juri kemarin bahwa Dzhokhar bisa menulis sebuah buku, menonton televisi, dan mendapatkan gelar sarjana selama di penjara. Jaksa dan pengacaranya dijadwalkan membacakan argumentasi penutup mereka pada Rabu, 13 Juni 2015, setelah satu hari istirahat.

REUTERS | INDAH P.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

7 Februari 2021

Seorang wanita meniup kantong plastik saat mengambil sampel udaranya untuk tes Covid-19 menggunakan GeNose C19 di sebuah stasiun kereta di Jakarta, Rabu, 3 Februari 2021. Alat buatan Indonesia ini mulai digunakan untuk screening penumpang kereta jarak jauh. REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana
Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.


Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

6 Februari 2021

Bupati terpilih Sabu Raijua, NTT, Orient P Riwu Kore menjadi perbincangan setelah disebut-sebut sebagai warga negara Amerika Serikat. Orient mengakui sempat memiliki paspor AS, namun tidak lantas mengubah status kewarganegaraannya. Facebook.com
Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020


Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

4 Februari 2021

Presiden Amerika Serikat Donald Trump saat mengikuti pertemuan dengan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong di Istana di Singapura, 11 Juni 2018. REUTERS/Jonathan Ernst
Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.


Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

3 Februari 2021

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.


Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

3 Februari 2021

Ilustrasi microchip semikonduktor. [REUTERS/Kim Kyung-Hoon]
Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.


Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

30 Januari 2021

Sekitar ratusan ribu warga Amerika Serikat turun ke jalan pada Sabtu, 30 Juni 2018, menuntut pemerintahan Presiden Donald Trump mengizinkan imigran masuk dan mempertemukan anak imigran dengan orang tua mereka. Reuters
Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.


Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

30 Januari 2021

Gas air mata dilepaskan di antara pengunjuk rasa saat bentrokan dengan polisi di Gedung Capitol pada rapat pengesahan hasil pemilihan presiden 2020 oleh Kongres AS di Gedung Capitol AS di Washington, 6 Januari 2021. Sekitar 350 pasukan Garda Nasional D.C. dikerahkan untuk mengantisipasi kerusuhan yang diperkirakan akan terjadi. REUTERS/Shannon Stapleton
Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol


Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

29 Januari 2021

Wartawan asal Amerika Serikat, Daniel Pearl, yang tewas dipenggal pada 2002. Sumber: The Times of Israel
Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.


Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

29 Januari 2021

Dokter umum Luisa Vera bereaksi setelah menerima vaksin virus corona (Covid-19) buatan Pfizer-BioNTech di Universitas Kesehatan Indiana, Rumah Sakit Methodist di Indianapolis, Indiana, Amerika Serikat, Rabu, 16 Desember 2020. Kredit: ANTARA FOTO/REUTERS/Bryan Woolsto/HP/djo/am.
Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19


Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

27 Januari 2021

Silinder berisi uranium di fasilitas nuklir Fordow, Iran.[IRNA]
Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran