TEMPO.CO, Jakarta - PT Kereta Api Indonesia (Persero) yakin pembangunan dan operasionalisasi kereta api Bandar Udara Soekarno-Hatta akan sesuai dengan target. Juru bicara PT KAI, Agus Komarudin, mengatakan pembebasan lahan, yang merupakan kendala terbesar dalam pembangunan jalur kereta, sudah teratasi. “Tinggal pelunasan dan segera dibangun. Akhir 2016 sudah beroperasi,” ujarnya, Rabu, 13 Mei 2015.
Proyek kereta bandara mulai dikerjakan tahun ini. Jalur kereta ini membentang sepanjang 36,3 kilometer dari Stasiun Manggarai hingga Stasiun Bandara Soekarno-Hatta. Ada sejumlah stasiun yang bakal dilewati, yaitu Stasiun Sudirman Baru, Stasiun Duri, dan Stasiun Batu Ceper. Jalur dari Stasiun Manggarai hingga Batu Ceper sepanjang 24,2 kilometer merupakan jalur yang sudah ada (existing).
Sedangkan sisanya, dari Stasiun Batu Ceper hingga Stasiun Bandara, sekitar 12,1 kilometer, adalah jalur baru. Pembukaan jalur baru itu membutuhkan lahan sekitar 32 hektare. Total biaya pembangunan mencapai Rp 2,5 triliun.
Jalur kereta itu akan memiliki 10 train set. Setiap train set terdiri atas 6 kereta dengan kapasitas tempat duduk 272. Jumlah perjalanan per hari 124, sehingga kapasitas angkut per hari mencapai 33.728 orang.
Kecepatan rata-rata kereta yang akan digunakan nanti sekitar 60 kilometer per jam. Sedangkan total waktu tempuh dari Manggarai hingga Bandara Soekarno-Hatta sekitar 60 menit. Headway atau jarak kedatangan antarkereta 30 menit. Diharapkan dengan jalur kereta ini kebutuhan masyarakat untuk mendapat transportasi yang lebih tepat waktu ke bandara bisa terpenuhi.
Stasiun Sudirman juga akan dijadikan city railway station yang akan terintegrasi dengan stasiun MRT, monorel, dan komuter. “Fasilitas kami sesuaikan dengan kebutuhan,” kata Agus.
PT KAI juga akan terus meningkatkan pelayanan, dari pemesanan tiket, kenyamanan di stasiun, keamanan, hingga ketepatan waktu kedatangan. Untuk itu, PT KAI menggelar studi banding dengan mengirim sejumlah pegawainya ke negara lain untuk melihat dan mempelajari sistem perkeretaapian di sana.
Bulan lalu, PT KAI mengirim 59 pegawainya untuk melihat secara langsung sistem layanan kereta api di Beijing dan Shanghai, Cina. “Tiongkok memiliki persoalan transportasi kereta yang hampir mirip dengan Indonesia. Kami berharap bisa belajar dari mereka,” ujar ketua rombongan studi banding, Handy Purnama.
AGUNG SEDAYU