Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ditolak 2 Negara ASEAN, Nasib Rohingya Terkatung-katung  

image-gnews
Para pengungsi etnis Rohingya tidur di tempat penampungan di Lhoksukon, Aceh, 11 Mei 2015. Sekitar 500 migran terdampar di pantai Aceh setelah terapung-apung di laut selama sebulan karena perahu mereka kehabisan bahan bakar. REUTERS/Roni Bintang
Para pengungsi etnis Rohingya tidur di tempat penampungan di Lhoksukon, Aceh, 11 Mei 2015. Sekitar 500 migran terdampar di pantai Aceh setelah terapung-apung di laut selama sebulan karena perahu mereka kehabisan bahan bakar. REUTERS/Roni Bintang
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Ribuan migran dan pencari suaka terpaksa tinggal di dalam kapal yang terombang-ambing di tengah laut setelah Indonesia dan Malaysia menolak mereka masuk dan berlindung di dua negara ASEAN ini.

Malaysia secara terang-terangan menolak kehadiran etnis muslim Rohingya dari Myanmar itu. Selama beberapa tahun ini mereka memasuki Malaysia secara diam-diam. "Kami tidak akan membiarkan kapal asing masuk," kata Tan Kok Kwee, laksamana pertama lembaga penegak maritim Malaysia, seperti dikutip dari Sydney Morning Herald, 13 Mei 2015. "Kecuali kapal rusak dan tenggelam. Angkatan laut akan menyediakan keperluan dan (kembali) menyuruh mereka pergi."

Sikap Malaysia tersebut datang beberapa jam setelah Indonesia menarik kembali ke laut sebuah kapal yang mengangkut ratusan Rohingya, imigran, dan pencari suaka dari Bangladesh, termasuk perempuan dan anak-anak. Otoritas Indonesia melakukannya setelah menyediakan bahan bakar, makanan, dan air. "Mereka seharusnya tidak memasuki perairan Indonesia tanpa izin kami," kata Fuad Basya, juru bicara Angkatan Darat Indonesia.

Para imigran yang ditinggalkan di laut oleh para penyelundup manusia tersebut diyakini memiliki sedikit makanan, air, dan obat-obatan. Badan pengungsi PBB telah meminta negara-negara yang berada di sekitar perairan tempat kapal para imigran berlayar untuk membuka akses bagi mereka dan memulai operasi pencarian dan penyelamatan untuk menemukan kapal.

Lebih dari 1.500 imigran mendarat di Indonesia dan Malaysia pada Minggu dan Senin lalu, Adrian Edwards, juru bicara Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR), mengimbau kepada pemerintah untuk melanjutkan operasi penyelamatan untuk menemukan dan menyelamatkan para penumpang. "Banyak di antara mereka diyakini dalam keadaan semakin lemah dengan sedikit makanan dan air selama berhari-hari atau berminggu-minggu," kata Edwards.

Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) mengatakan operasi pencarian dan penyelamatan sangat dibutuhkan. "Perlu upaya regional. Kita tidak memiliki kapasitas untuk mencari mereka, tapi pemerintah dapat melakukannya," kata Joe Lowry, juru bicara IOM.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ia mengkhawatirkan para imigran berada dalam kondisi yang sangat buruk dan apabila tidak segera ditemukan banyak dari antara mereka yang mungkin telah meninggal.

Chris Lewa, dari Arakan Project, yang selama bertahun-tahun telah melacak kapal yang melakukan penyeberangan berbahaya melalui Teluk Benggala, memperkirakan antara 6-20 ribu orang hidup dalam bahaya di laut.

Dia telah melakukan kontak melalui ponsel dengan penumpang di satu kapal yang mengaku telah tiga hari menderita kehabisan makanan. "Mereka bisa melihat daratan tapi tidak tahu di mana mereka berada. Anda tidak bisa membiarkan orang-orang ini mati di laut," kata Chris Lewa.

UNHCR mengatakan sebanyak 920 orang melarikan diri dari Myanmar. Mereka tewas saat melintasi Teluk Benggala karena kelaparan, dehidrasi, dan pemukulan oleh awak perahu di tengah lonjakan perdagangan manusia di Asia Tenggara. Sebanyak 53 ribu orang meninggalkan Myanmar dan Bangladesh tahun lalu. Ini dianggap eksodus terbesar di wilayah tersebut sejak Perang Vietnam.

SMH.COM.AU | MECHOS DE LAROCHA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

4 jam lalu

Tentara berdiri di samping kendaraan militer ketika orang-orang berkumpul untuk memprotes kudeta militer, di Yangon, Myanmar, 15 Februari 2021. REUTERS/Stringer/File Photo
Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

Tentara Pembebasan Nasional Karen memutuskan menarik pasukannya dari perbatasan Thailand setelah serangan balasan dari junta Myanmar.


Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

10 jam lalu

Seorang personel militer berjaga, ketika 200 personel militer Myanmar mundur ke jembatan ke Thailand pada hari Kamis setelah serangan selama berhari-hari oleh perlawanan anti-junta, yang menyatakan mereka telah memenangkan kendali atas kota perbatasan Myawaddy yang penting, yang terbaru dalam sebuah serangkaian kemenangan pemberontak, dekat perbatasan Thailand-Myanmar di Mae Sot, provinsi Tak, Thailand, 11 April 2024. REUTERS/Soe Zeya Tun
Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

Wakil Ketua Junta Myanmar menghilang setelah serangan drone. Ia kemungkinan terluka.


Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

3 hari lalu

Pengungsi Rohingya menempati penampungan sementara di llanta pasar gedung Balee Meuseuraya Aceh (BMA), Banda Aceh, Senin, 18 Desember 2023. Polresta Banda Aceh menetapkan salah seorang imigran Rohingya Muhammad Amin (35) sebagai tersangka yang menyeludupkan 136 orang pengungsi Rohingya penghuni kamp penampungan Coxs Bazar Bangladesh ke Desa Lamreh, Kabupaten Aceh Besar yang saat ini menempati lantai dasar gedung BMA. ANTARA FOTO/Irwansyah Putra
Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

Ribuan warga etnis Rohingya yang mengungsi akibat konflik di Myanmar, berkumpul di perbatasan Myanmar-Bangladesh untuk mencari perlindungan


Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

3 hari lalu

Maung Zarni. Rohringya.org
Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

Maung Zarni, aktivis hak asasi manusia dan pakar genosida asal Myanmar, dinominasikan Hadiah Nobel Perdamaian 2024, oleh penerima Nobel tahun 1976


Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

4 hari lalu

Tentara Thailand berlindung di dekat Jembatan Persahabatan Thailand-Myanmar ke-2 selama pertempuran di sisi Myanmar antara Tentara Pembebasan Nasional Karen (KNLA) dan pasukan Myanmar, yang berlanjut di dekat perbatasan Thailand-Myanmar, di Mae Sot, Provinsi Tak, Thailand, April 20, 2024. REUTERS/Soe Zeya Tun
Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

Pertempuran berkobar di perbatasan timur Myanmar dengan Thailand memaksa sekitar 200 warga sipil melarikan diri.


Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

5 hari lalu

Militer Israel menunjukkan apa yang mereka katakan sebagai rudal balistik Iran yang mereka ambil dari Laut Mati setelah Iran meluncurkan drone dan rudal ke arah Israel, di pangkalan militer Julis, di Israel selatan 16 April 2024. REUTERS/Amir Cohen
Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

Top 3 dunia adalah Iran siap menghadapi serangan Israel, sejarah kudeta di Myanmar hingga Netanyahu mengancam.


Menilik Jejak Sejarah Kudeta Junta Militer Di Myanmar

6 hari lalu

Seorang tentara dari Tentara Pembebasan Nasional Karen (KNLA) berpatroli dengan kendaraan, di samping area yang hancur akibat serangan udara Myanmar di Myawaddy, kota perbatasan Thailand-Myanmar di bawah kendali koalisi pasukan pemberontak yang dipimpin oleh Persatuan Nasional Karen, di Myanmar, 15 April 2024. REUTERS/Athit Perawongmetha
Menilik Jejak Sejarah Kudeta Junta Militer Di Myanmar

Myanmar, yang dulunya dikenal sebagai Burma itu telah lama dianggap sebagai negara paria ketika berada di bawah kekuasaan junta militer yang menindas.


Menlu Thailand Kunjungi Perbatasan dengan Myanmar, Pantau Evakuasi

12 hari lalu

Seorang personel militer berjaga, ketika 200 personel militer Myanmar mundur ke jembatan ke Thailand pada hari Kamis setelah serangan selama berhari-hari oleh perlawanan anti-junta, yang menyatakan mereka telah memenangkan kendali atas kota perbatasan Myawaddy yang penting, yang terbaru dalam sebuah serangkaian kemenangan pemberontak, dekat perbatasan Thailand-Myanmar di Mae Sot, provinsi Tak, Thailand, 11 April 2024. REUTERS/Soe Zeya Tun
Menlu Thailand Kunjungi Perbatasan dengan Myanmar, Pantau Evakuasi

Menlu Thailand Parnpree Bahiddha-Nukara tiba di perbatasan dengan Myanmar untuk meninjau penanganan orang-orang yang melarikan diri dari pertempuran.


Ribuan Warga Myanmar Mengungsi ke Thailand Usai Kota Ini Dikuasai Pemberontak

12 hari lalu

Seorang anggota pemberontak Pasukan Pertahanan Kebangsaan KNDF Karenni menyelamatkan warga sipil yang terjebak di tengah serangan udara, selama pertempuran untuk mengambil alih Loikaw di Negara Bagian Kayah, Myanmar 14 November 2023. REUTERS/Stringer
Ribuan Warga Myanmar Mengungsi ke Thailand Usai Kota Ini Dikuasai Pemberontak

Thailand membuka menyatakan bisa menampung maksimal 100.000 orang warga Myanmar yang mengungsi.


Mantan Menlu Australia Julie Bishop Ditunjuk Sebagai Utusan Khusus PBB untuk Myanmar

17 hari lalu

Julie Bishop. Reuters
Mantan Menlu Australia Julie Bishop Ditunjuk Sebagai Utusan Khusus PBB untuk Myanmar

Mantan menlu Australia Julie Bishop ditunjuk sebagai utusan pribadi Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres untuk Myanmar.