Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kisah Guru Lulusan Sarjana yang Digaji Seharga 5 Gorengan

Editor

Bobby Chandra

image-gnews
Susita sedang mengajar siswa-siswanya di Mts Syuhada, Bengkulu. TEMPO/Phesi Ester Julikawati
Susita sedang mengajar siswa-siswanya di Mts Syuhada, Bengkulu. TEMPO/Phesi Ester Julikawati
Iklan

TEMPO.CO, Bengkulu - Susita, 23 tahun, sarjana lulusan FKIP Geografi Universitas Hazairin Bengkulu. Ia berprofesi sebagai guru Madrasah Tsanawiyah Syuhada Desa Aur Cina, Kecamatan Selagan Raya, Kabupaten Mukomuko. Untuk pengabdiannya ini Susita digaji senilai lima gorengan atau Rp 5.000 per jam.

"Hanya ini yang bisa saya buat untuk kampung saya, gaji itu hanya untuk pengganti bensin, dan saya tidak pernah minta," kata gadis belia, yang biasa mengajar ilmu pengetahuan sosial dan muatan lokal tentang lingkungan hidup, ini kepada Tempo di Bengkulu, Rabu, 13 Mei 2015. (Baca: Kenalkan Susita, Guru Cantik yang Digaji Seharga 5 Gorengan)

Sejak lulus kuliah pada 2014, Susita langsung pulang kampung. Dia diminta Muhammad Zabur, pemilik MTs Syuhada, untuk mengajar di sekolah gratis miliknya. Bagi Susi gaji bukan hal utama. Baginya pendidikan anak-anak di desanya jauh lebih penting. Selama ini banyak anak usia sekolah itu gagal melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi karena tak ada biaya.

Susita (23), saat mengajar di kelas, di sekolah Mts Syuhada sekolah gratis di pinggir hutan Bengkulu. TEMPO/Phesi Ester Julikawati

Susita mengaku sepekan dia mengajar tiga kali dengan total jam mengajar 10 jam per pekan. Sehingga setiap bulannya Susi hanya mengantongi Rp 200 ribu, sebagai pengganti uang bensin untuk mengajar. Untuk mengajar biasanya ia menggunakan kendaraan bermotor. Jalan yang dia lalui penuh koral dan penuh lubang. (Baca: Guru Cantik Bergaji Seharga 5 Gorengan Juga Jago Merias)

Jika musim penghujan jalanan ini berlumpur dan licin. Namun hal itu tidak menghalanginya, untuk berbagi ilmu dengan anak-anak didiknya di sekolah yang berada di tepian hutan tersebut. "Kalau bukan kita siapa lagi," ujar Susita.

Susita tidak sendiri, perjuangan meningkatkan taraf pendidikan bagi masyarakat di desanya dilakukannya bersama 14 orang guru lainnya. Mereka mendapatkan gaji yang sama, dan terkadang harus bersabar hingga beberapa bulan. Terkadang mereka mengajar dengan membeli bensin dari kantong sendiri. (Baca: Cara Guru yang Digaji Seharga 5 Gorengan Gapai Asa)

Mereka semua adalah anak-anak asli kampung tersebut. Seperti juga Susi, setelah menyelesaikan pendidikan di bangku kuliah mereka kembali ke desanya. Mengabdi untuk berbuat sesuatu bagi anak di desa mereka agar dapat mendapatkan pendidikan yang lebih baik.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Susita sedang mengajar siswa-siswanya di Mts Syuhada, Bengkulu. TEMPO/Phesi Ester Julikawati

Susi merasa apa yang dia dan teman-temannya lakukan memberi banyak perubahan di desa terutama dalam hal pendidikan. Sangat jarang saat ini melihat anak di desanya yang tidak sekolah. "Allhamdulillah saat ini, tidak ada lagi anak kami yang tidak sekolah karena alasan tidak ada biaya," tuturnya.

Semua ini, menurut Susita, tidak terlepas dari ide dan perjuangan Zabur untuk mendirikan sekolah menengah gratis di kampung mereka. Sosok Zabur, menurut Susita, adalah sosok yang sangat dibutuhkan bagi desa mereka. Karena sebelumnya tidak ada orang yang peduli terhadap persoalan pendidikan tersebut.

Susi berharap sekolah yang dibangun Zabur dapat terus berkembang dan semakin baik. Ia meminta pemerintah membantu fasilitas sekolah milik Zabur mulai dari buku dan media pembelajaran lainnya, yang saat ini masih sangat minim. Sehingga di masa mendatang fasilitas itu semakin baik, setidaknya sama dengan sekolah umumnya.

Salah seorang orang tua murid, Janin, 40 tahun, mengaku keberadaan sekolah MTs Syuhada milik Zabur sangat menolong mereka. Karena jika tidak ada sekolah tersebut, anak-anak mereka pasti putus sekolah karena tidak ada biaya.

"Kehidupan kami di sini sulit. Jika harus sekolah keluar dari kampung, kami tidak akan sanggup memenuhi biaya transportasi dan uang sekolah. Apalagi di sekolah Pak Zabur anak kami juga mendapat ilmu agama yang lebih banyak ketimbang sekolah umum," ucap Janin.

PHESI ESTER JULIKAWATI

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Kenapa Kepergian Kejati Sumbar Asnawi dan Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi ke Arab Saudi Disorot?

18 hari lalu

Kepala Kejati Sumbar Asnawi. ANTARA
Kenapa Kepergian Kejati Sumbar Asnawi dan Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi ke Arab Saudi Disorot?

Kepala Kejati Sumbar Asnawi bepergian dengan Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi ke Arab Saudi ke Arab Saudi mendapat sorotan. Ada apa?


Disdik Jakarta Buka Posko Pelayanan KJMU, Ini Sebaran dan Jadwal Operasinya

31 hari lalu

Ilustrasi KJMU. Istimewa
Disdik Jakarta Buka Posko Pelayanan KJMU, Ini Sebaran dan Jadwal Operasinya

Disdik DKI jakarta telah menyiapkan posko pelayanan untuk program KJMU. Tujuannya, untuk memastikan bantuan pendidikan lebih tepat sasaran.


Polemik KJMU, DPRD DKI Usulkan Kenaikan Anggaran Pendidikan

41 hari lalu

Ilustrasi KJMU. Istimewa
Polemik KJMU, DPRD DKI Usulkan Kenaikan Anggaran Pendidikan

DPRD DKI akan memanggil Dinas Pendidikan terkait polemik KJMU.


KJMU Disoroti, Simak Aturan Baru hingga Syarat Pendaftaran

42 hari lalu

Ilustrasi KJMU. Istimewa
KJMU Disoroti, Simak Aturan Baru hingga Syarat Pendaftaran

Pencabutan KJMU oleh Pemerintah DKI Jakarta menjadi sorotan perbincangan publik di media sosial


JPPI Kecam ASN yang Diduga Kampanye Ajak Guru Pilih Paslon Tertentu

18 Januari 2024

Warga melintasi poster caleg yang dicoret tulisan 'tersangka penusukan pohon' di kawasan Plumpang, Jakarta Utara, Senin, 15 Januari 2024. Pelabelan yang dilakukan oleh orang yang tidak dikenal itu sebagai bentuk protes atas pemasangan alat peraga kampanye caleg dengan memaku pohon yang melanggar Peraturan KPU (PKPU) Nomor 15 Tahun 2023 tentang Kampanye Pemilu 2024 pasal 70 huruf H. ANTARA/Indrianto Eko Suwarso
JPPI Kecam ASN yang Diduga Kampanye Ajak Guru Pilih Paslon Tertentu

JPPI meminta agar mereka yang terlibat dalam kampanye mendapat sanksi.


Angka Buta Aksara di Papua Capai 19 Persen, ini Langkah yang akan Dilakukan Disdik

17 Januari 2024

Sejumlah siswa bermain di Lapangan SMP Negeri 1 Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, Rabu, 9 Oktober 2019. Aktivitas di sejumlah sekolah Kota Wamena masih berfokus pada pemulihan trauma pada siswa pascaaksi unjuk rasa yang berujung anarkis pada 23 September 2019 lalu. ANTARA
Angka Buta Aksara di Papua Capai 19 Persen, ini Langkah yang akan Dilakukan Disdik

Angka buta aksara secara nasional itu mencapai 1,8 persen.


Warga Sanggah Data Terbaru KJP Plus: Kehidupan Saya Masih Sama ...

3 Desember 2023

Ilustrasi KJP
Warga Sanggah Data Terbaru KJP Plus: Kehidupan Saya Masih Sama ...

Seorang warga penerima KJP Plus mengaku anaknya telah mendapat KJP Plus sejak 2017, tapi tiba-tiba dicabut usai Dinas Pendidikan bersih-bersih data.


Cerita Penerima KJP Plus yang Datanya Dicoret: Angkot Dibilang Mobil Mewah?

29 November 2023

Warga menunjukkan Kartu Jakarta Pintar serta bukti pembayaran saat membeli pangan murah di RPTRA Jatinegara, Jakarta, Kamis, 15 Agustus 2019.  Pangan murah ini hanya ditujukan bagi warga yang memiliki KJP Plus, Kartu Pekerja, dan Kartu Lansia Jakarta untuk meningkatkan gizi anak-anak di Jakarta. TEMPO/Hilman Fathurrahman W
Cerita Penerima KJP Plus yang Datanya Dicoret: Angkot Dibilang Mobil Mewah?

Penyisiran ulang data penerima bantuan sosial oleh Pemprov DKI berdampak antara lain dicoretnya sebanyak 75.497 siswa pemegang KJP Plus.


70 Gedung Sekolah di Kota Serang Alami Kerusakan Berat

28 November 2023

Guru mengajar sejumlah siswa yang duduk di lantai tanpa bangku dan meja belajar di SD Negeri Gelam 2 di Kampung Cigelam, Kecamatan Ciruas, Kabupaten Serang, Banten, Kamis, 2 September 2021. ANTARA/Asep Fathulrahman
70 Gedung Sekolah di Kota Serang Alami Kerusakan Berat

Menurut Suherman, kerusakan gedung sekolah itu akan segera ditangani.


Atap Sekolah Roboh, Sebagian Rombel SDN Pondok Cabe Udik 2 Numpang Dulu ke Sekolah Terdekat

27 November 2023

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Tangsel Deden Deni dan Kepala Sekolah SDN Pondok Cabe Udik 2 meninjau atap sekolah roboh itu, Senin 27 November 2023. (TEMPO/Muhammad Iqbal)
Atap Sekolah Roboh, Sebagian Rombel SDN Pondok Cabe Udik 2 Numpang Dulu ke Sekolah Terdekat

Setelah peristiwa atap sekolah roboh Sabtu lalu, Disdikbud Tangsel akan memprioritaskan renovasi total SDN Pondok Cabe Udik 2.