Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Terracotta Biennale 2015, Kasongan, dan Peradaban Sungai

Editor

Sunu Dyantoro

image-gnews
Perajin Maryono (36) saat melakukan finishing pada kerajinan patung dari tanah liat di Putri Duyung Showroom, Kasongan, Bantul, Yogyakarta, Selasa (29/5). ANTARA/Regina Safri
Perajin Maryono (36) saat melakukan finishing pada kerajinan patung dari tanah liat di Putri Duyung Showroom, Kasongan, Bantul, Yogyakarta, Selasa (29/5). ANTARA/Regina Safri
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Yogykarta menjadi tempat Terracotta Biennale 2015
bertajuk Art On The River, perhelatan seni rupa terakota pertama di kota ini pada Mei-Juli 2015. Karya seniman dipajang sejauh satu kilometer di tepian Sungai Bedog, Kasongan, Kabupaten Bantul.

Setidaknya 55 seniman Indonesia dan 15 seniman dari luar negeri memajang karya seni rupa berbahan tanah liat. “Ada instalasi karya yang dipajang di tepian Kali Bedog,” kata penggagas Biennale Terracotta 2015, Noor Ibrahim.

Karya seniman Indonesia yang dipamerkan di antaranya ciptaan Djoko Pekik, pematung Edhi Sunarso, Dicky Chandra, Hari Budiono, Teguh Ostenrik, dan Kondang Sugito. Sedangkan, seniman luar negeri yang terlibat di antaranya dari Swedia, Jepang, Italia, Jerman, Inggris, Serbia, Slovakia, dan Hongaria.

Menurut Noor Ibrahim, Biennale Terracotta mengangkat media terracotta sebagai media utama karya seni. Sejarah Indonesia yang kaya akan budaya dan seni terracotta menginspirasinya untuk mendirikan Terracotta Biennale Foundation. Pengunjung bisa menikmati karya seni yang dipajang di pinggir sungai sembari menyusurinya menggunakan perahu yang didesain khusus.

Sungai dipilih sebagai ruang pameran karya seni terakota karena sejarah dan budaya Indonesia tumbuh dari situ. Sungai menjadi sumber kehidupan manusia.
Tapi, di zaman modern, banyak sungai di Indonesia yang mulai ditinggalkan dan dipenuhi sampah. Biennale Terracotta 2015 diharapkan mampu mengembalikan kejayaan sungai sebagai fungsi penyeimbang dan harmonisasi dengan alam. Sungai menjadi urat nadi bumi, sumber ekonomi, dan transportasi.

Kasongan sebagai sentra gerabah, kata Noor Ibrahim memiliki sejarah panjang. Di tempat ini dahulu terdapat tokoh yang melawan kolonialisme Belanda bernama Kiai Song. Perlawanan itu muncul ketika ia menyaksikan lingkungan kampung halamannya yang dipenuhi tanah liat. Ia menggerakkan masyarakat desa  dengan taktit bawah tanah agar tidak memilih jalan hidup sebagai petani. Sebab, hasil panenan sebagai petani cenderung diserahkan kepada Belanda.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dalam situasi itu, Kiai Song mencari jalan lain, meyakinkan masyarakat
bahwa ada cara hidup yang lebih bermartabat dan tidak terjajah. Caranya adalah dengan jalan menjadi seorang pekundhi, yakni bekerja dengan membuat peralatan dapur yang menggunakan bahan baku tanah liat. Siasat Kiai Song menjadi profesi alternatif yang berakar dari kultur agraris-tradisional yang hingga kini berkembang pesat menjadi industrial-modern.

Lewat kegiatan itu, Noor Ibrahim ingin mengajak seniman menengok akar budaya nusantara. Pembukaan perdana pameran ini digelar pada 15 Mei 2015 di Kalipucang. Sedangkan, pembukaan akbarnya tanggal 7 Juni 2015. Acara itu juga menghadirkan arkeolog dari Universitas Indonesia, Mitu M Prie.

Karya seniman dibuat di pendopo tak jauh dari rumah Noor Ibrahim di kawasan desa budaya Gesik, Kalipucang, Kasongan, Bantul. Semua karya melewati proses restorasi karya terakota oleh seniman sebelum dipamerkan. Satu di antaranya karya yang ada di pendopo itu adalah karya seniman Kondang Sugito berbentuk kura-kura raksasa. Ia memberi judul karya itu Apa Kabar. Ia membubuhkan tulisan aksara Cina yang punya arti Ni Hau Ma atau apa kabar dalam Bahasa Indonesia di tubuh kura-kura itu. Noor ingin menggambarkan adanya akulturasi budaya lewat tulisan itu.

Kura-kura ia pilih karena menyimbolkan binatang yang punya umur panjang dan lamban. Selain satu kura-kura raksasa, ia juga menciptakan 100 kura-kura mini. “Saya membuatnya setidaknya selama dua minggu,” kata dia. Semua bahan yang ia gunakan adalah tanah liat dari Kasongan. Kura-kura raksasa miliknya kini tinggal melalui proses pembakaran.

SHINTA MAHARANI

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Massa Geruduk KPU Yogyakarta, Serukan Gerakan Oposisi Rakyat

3 jam lalu

Aktivis pro demokrasi Usman Hamid saat berorasi dalam Aksi Sejagad yang diikuti elemen gerakan Gejayan Memanggil hingga Forum Cik Ditiro di halaman Kantor KPU DIY Rabu, 24 April 2024. Tempo/Pribadi Wicaksono
Massa Geruduk KPU Yogyakarta, Serukan Gerakan Oposisi Rakyat

Massa menggelar aksi di depan kantor KPU Yogyakarta hari ini. Usman Hamid yang hadir di aksi itu menyinggung tentang nepotisme.


Alexander Marwata Beberkan Nama-Nama Pegawai KPK yang Diperiksa Polda Metro Jaya

5 jam lalu

Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata memberikan keterangan kepada awak media, di gedung KPK, Jakarta, Selasa, 19 Maret 2024. KPK mengungkapkan telah menaikan status penyelidikan ke tingkat penyidikan dugaan penyimpangan tindak pidana korupsi dalam pemberian fasilitas penyaluran kredit Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI). TEMPO/Imam Sukamto
Alexander Marwata Beberkan Nama-Nama Pegawai KPK yang Diperiksa Polda Metro Jaya

Wakil Ketua KPK Alexander Marwata, membeberkan nama-nama pegawai lembaga antikorupsi itu yang telah diperiksa oleh Polda Metro Jaya.


Promosikan Cenderamata, Pelaku Wisata Didorong Manfaatkan Layanan Indikasi Geografis

6 jam lalu

Batik Nitik Yogyakarta yang sudah tercatat dalam indikasi geografis. Tempo/Pribadi Wicaksono
Promosikan Cenderamata, Pelaku Wisata Didorong Manfaatkan Layanan Indikasi Geografis

Ketika cenderamata lokal sudah tertandai dengan indikasi geografis, reputasinya akan terangkat karena produk itu sudah dinyatakan original.


Aksi Demo Udara Berbagai Pesawat Warnai HUT ke-78 TNI AU di Yogyakarta

2 hari lalu

Demo udara berbagai pesawat warnai HUT ke-78 TNI AU di Yogyakarta Senin (22/4). Dok.Istimewa
Aksi Demo Udara Berbagai Pesawat Warnai HUT ke-78 TNI AU di Yogyakarta

Yogyakarta dipilih sebagai tempat perhelatan HUT TNI AU karena merupakan cikal-bakal Angkatan Udara Indonesia.


Nekat Susuri Jalur Jip Lava Tour, Mobil Wisatawan Terjebak di Sungai Lereng Merapi

2 hari lalu

Mobil wisatawan terjebak di sungai Lereng Merapi Saat nekat susuri jalur jip lava tour Minggu (21/4). Dok. Istimewa
Nekat Susuri Jalur Jip Lava Tour, Mobil Wisatawan Terjebak di Sungai Lereng Merapi

Sebuah mobil berjenis sport utility vehicle (SUV) milik wisatawan terjebak di jalur jip wisata Lava Tour sungai Kalikuning lereng Gunung Merapi, Sleman Yogyakarta pada Minggu 21 April 2024.


Alexander Marwata Akui Dilaporkan ke Polda Metro Jaya atas Pertemuan dengan Eks Kepala Bea Cukai Yogyakarta

2 hari lalu

Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata memberikan keterangan kepada awak media, di gedung KPK, Jakarta, Selasa, 19 Maret 2024. KPK mengungkapkan telah menaikan status penyelidikan ke tingkat penyidikan dugaan penyimpangan tindak pidana korupsi dalam pemberian fasilitas penyaluran kredit Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI). TEMPO/Imam Sukamto
Alexander Marwata Akui Dilaporkan ke Polda Metro Jaya atas Pertemuan dengan Eks Kepala Bea Cukai Yogyakarta

Wakil Ketua KPK Alexander Marwata mengakui dilaporkan ke Polda Metro Jaya atas dugaan pertemuan dengan eks Kepala Bea Cukai Yogyakarta Eko Darmanto.


Kecelakaan Tunggal, Bus Pariwisata Terguling di Bantul Sebabkan Sejumlah Penumpang Luka

2 hari lalu

Bus pariwisata mengalami kecelakaan tunggal dan terguling di Jalan Siluk-Imogiri Bantul Yogyakarta pada Ahad, 21 April 2024 sore. Dok. Istimewa
Kecelakaan Tunggal, Bus Pariwisata Terguling di Bantul Sebabkan Sejumlah Penumpang Luka

Bus pariwisata itu melaju dari arah Pantai Baron, Gunungkidul, menuju Bantul lewat jalur Siluk Imogiri yang dikenal cukup curam dengan jalan berkelok.


Hari Kartini, Yogyakarta Diramaikan dengan Mbok Mlayu dan Pameran Lukisan Karya Perempuan

3 hari lalu

Ratusan perempuan mengikuti event lari Mbok Mlayu di Kota Yogyakarta pada Hari Kartini 2024. Dok.istimewa
Hari Kartini, Yogyakarta Diramaikan dengan Mbok Mlayu dan Pameran Lukisan Karya Perempuan

Para perempuan di Yogyakarta memperingati Hari Kartini dengan lomba lari dan jalan kaki, serta membuat pameran lukisan.


Tol Yogya-Solo Kembali Ditutup Pasca Libur Lebaran, Berapa Total Kendaraan yang Melintas ?

4 hari lalu

Sejumlah kendaraan melewati jalan tol fungsional Solo-Yogyakarta yang mulai dibuka untuk pemudik Lebaran 2024 mulai hari ini, Jumat, 5 April 2024. TEMPO/SEPTHIA RYANTHIE
Tol Yogya-Solo Kembali Ditutup Pasca Libur Lebaran, Berapa Total Kendaraan yang Melintas ?

Akses keluar yang menjadi favorit pengguna Jalan Tol Yogya-Solo adalah arah Ngawen sebanyak total 40.965 kendaraan.


Segini Uang yang Dibelanjakan Wisatawan Lokal dan Asing Saat Periode Libur Lebaran di Yogyakarta

5 hari lalu

Wisatawan memadati kawasan Malioboro Yogyakarta, Jumat 12 April 2024. TEMPO/Pribadi Wicaksono
Segini Uang yang Dibelanjakan Wisatawan Lokal dan Asing Saat Periode Libur Lebaran di Yogyakarta

Pergerakan wisatawan baik domestik maupun mancanegara yang menyambangi Kota Yogyakarta selama 10 hari libur Lebaran, 5-15 April 2024 totalnya bekisar 277 ribu lebih wisatawan.